METROPOLITAN.ID - Warga Desa Bojongkulur, Kecamatan Gunungputri, Kabupaten Bogor jadi langganan korban banjir yang terus berulang.
Alih-alih mencari tempat tinggal yang nyaman, puluhan ribu warga masih harus tertidur dengan rasa tak nyaman lantaran banjir bisa menghantui kapanpun.
Ketua Komunitas Peduli sungai Cileungsi - Cikeas (KP2C) Puarman mengatakan, banjir di Desa Bojongkulur kini sudah tidak bisa diprediksi lagi kapan air bisa memasuki rumah warga.
"Sekarang ini kita tidak bisa lagi ngomong banjir tahunan, banjir lima tahunan, itu tidak bisa. Karena banjir bisa terjadi kapanpun," kata Puarman, Selasa, 4 Maret 2025.
Menurut Puarman, banjir yang terjadi pada Senin, 3 Maret 2025 malam jauh lebih besar dibanding banjir yang terjadi 5 tahun lalu, atau tepatnya pada 1 Januari 2020.
"Dulu waktu 1 Januari 2020, tinggi muka air Sungai Cileungsi tingginya 540 cm, nah kemarin itu 680 cm," ungkapnya.
Akibatnya, banjir kali ini berdampak terhadap 4.971 Kepala Keluarga (KK) atau nyaris 20 ribu jiwa.
Puluhan ribu jiwa di Desa Bojongkulur pun terpaksa mengungsi dengan caranya masing-masing.
Ada yang memilih bertahan di lantai dua rumah, ada pula yang menginap di rumah sanak saudara. Bahkan, ada pula yang mengungsi ke kantor desa setempat.
"Jeritan warga adalah banyak yang tidak bisa terevakuasi. Hingga sore ini mungkin ada 100 jiwa yang belum bisa terevakuasi, karena terbatasnya sarana dan luasnya banjir. Banyak warga yang terjebak, yang tadinya merasa aman di rumah, tidak keluar, ternyata sudah naik airnya sampai ke plafon," tutur Puarman.
Puarman menyebut, warga sempat merasa senang lantaran banjir tidak terjadi di bulan Januari 2025.
Namun ternyata, tidak naiknya air ke pemukiman warga di awal tahun disebabkan oleh modifikasi cuaca yang dibuat oleh pemerintah.
"Kemarin di Desember sama Januari nggak banjir, itu kita udah agak seneng. Itu bukan berarti hujannya gak lebat, sungainya sudah aman, tapi pemerintah melakukan modifikasi cuaca," terangnya.
Sejumlah faktor pun diduga menjadi penyebab utama banjir yang melanda di Desa Bojongkulur ini terus terulang.
Salah satunya, terjadinya perubahan tata guna lahan di kawasan hulu, sehingga berkurangnya resapan air.