"Yang dulunya perkebunan, hutan, sekarang jadi perumahan, tempat wisata segala macam. Makanya debit air itu semakin lama bukan semakin berkurang, tapi semakin bertambah," jelasnya.
"Karena dulu saat hujan di hulu, yang menyerap ke permukaan itu 70 persen, 30 persen ke sungai. Sekarang sebaliknya," sambung Puarman.
Selain beralihnya tata guna lahan, pendangkalan sungai menjadi salah satu faktor lain yang mengakibatkan air merendam ribuan rumah warga di desa yang berbatasan dengan kota Bekasi ini.
"Sungai Cileungsi itu terakhir dikeruk tahun 1971, sampai sekarang tidak pernah dikeruk lagi, makanya dangkal," pungkasnya.
Ke depan, Puarman berharap ada percepatan normalisasi sungai untuk meminimalisasi banjir. (Aji/fin)***