METROPOLITAN.ID - Aku mengerti memang jadi Bunda itu capek. Aku pun sudah punya dua anak yang saat ini usianya sudah masuk bisa dilepas. Si Abang sudah kelas 5 SD, Si Adik kelas 2 SD.
Aku tahu rasa susah, capek, dan menuntutnya jadi Bunda. Maka itu aku rasanya lega ketika dua anak ini sudah mandiri. Mandi nggak usah dimandiin, makan bisa sendiri, main pun tinggal diawasin saja. Nggak perlu aku tuntun dan jaga seperti CCTV.
Energiku sudah habis di pagi hari menyiapkan mereka berangkat. Lanjut sampai ke siang untuk mencuci dan memasak. Sisanya? Aku mau istirahat.
Baca Juga: Prahara Meski Tomboy, Aku Tetap Seorang Perempuan
Salah ya aku mau begitu? Karena di mata orang tuaku itu salah. Aku harus tetap bersusah payah membantu adikku yang baru saja melahirkan sekitar empat bulan lalu.
Saat aku bilang aku nggak mau bantu, langsung deh hujatan yang aku terima. Aku dibilang nggak pedulian, egois, dan kata-kata yang bisa aku share.
Memang kenapa kalau aku egois? Toh saat aku kecapean dulu mengasuh anak-anakku, mereka nggak peduli. Hanya menjenguk di awal kelahiran, setelah itu aku jumpalitan sendiri.
Baca Juga: PRAHARA Suamiku tak Pernah Menyentuhku selama 6 Bulan (6)
Bukan, aku bukan dendam ya. Aku hanya mau menyayangi diriku sendiri. Kalau aku segar saat anak-anak pulang sekolah, aku nggak akan cranky dan ngomel. Aku ’kan kalau capek bawaannya ngomel. Suami pun jadi nggak betah di rumah kalau aku marah-marah melulu.
Makanya aku menjaga diri, energi, dan kewarasanku untuk keluargaku semata. Memang salah ya? (*)
Artikel Terkait
Suami tak Bertanggung Jawab, Saya Putuskan Pisah (1)
Suamiku Selingkuh tapi Aku Bersyukur Keluarga Kembali Utuh (1)
Suamiku Selingkuh tapi Aku Bersyukur Keluarga Kembali Utuh (2)
Suamiku Selingkuh tapi Aku Bersyukur Keluarga Kembali Utuh (Habis)
Usaha Suami Bangkrut, Aku Tanggung Biaya Hidup Keluarga