Misalnya, menjaga kebersihan sekitar atau masjid tempat beribadah tanpa harus disuruh, menggunakan produk lokal untuk mendukung perekonomian bangsa, atau sekadar menolong teman tanpa pamrih.
Di tengah gempuran gaya hidup instan dan budaya viral, tindakan kecil seperti ini menjadi bentuk nyata perlawanan terhadap sikap acuh tak acuh.
Sumpah Pemuda hidup dalam keseharian ketika setiap individu memilih untuk berbuat baik, bukan karena dilihat orang, tapi karena merasa memiliki tanggung jawab moral sebagai bagian dari bangsa Indonesia.
Sumpah Pemuda tidak boleh kita kenang hanya sebagai sejarah saja, melainkan kita hidupkan sebagai sikap kita mewarisi perjuangan mereka.
Bukankah menjadi pemuda di masa kini adalah tentang keberanian menjaga harapan, menghidupkan nilai-nilai kebersamaan serta terus percaya bahwa masa depan Indonesia tidak ditentukan oleh siapa yang paling berkuasa, tetapi oleh siapa yang paling peduli.***