Senin, 22 Desember 2025

Bukan Bos Radar Bogor

- Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:26 WIB
Hazairin Sitepu (Arifin/Metropolitan)
Hazairin Sitepu (Arifin/Metropolitan)

Oleh Hazairin Sitepu

Saya disebut bos Radar Bogor. Juga ada yang menyebut CEO Radar Bogor. Bahkan ada pula mengatakan pemilik Radar Bogor. Itu di banyak kesempatan (dalam tahun 2024) baik di Bogor maupun di luar Bogor.

Saya memang sangat lama memikul jabatan direktur PT Bogor Ekspres Media, perusahaan yang menerbitkan Radar Bogor. Sejak tahun 2002. Kurang-lebih 21 tahun.

Sebelum di Bogor, saya menjadi direksi di beberapa perusahaan di Makassar. Adalah Pak Dahlan (Dahlan Iskan) yang meminta saya datang ke Bogor. Waktu itu Pak Dahlan presiden direktur Jawa Pos.

Permintaan Pak Dahlan itu dua atau tiga kali. “Kalau kamu tidak mau ke Bogor (Radar Bogor), perusahaannya saya tutup,” kata Pak Dahlan, waktu itu dalam perjalanan (dengan mobil) dari Kota Makassar ke Bandara Hasanuddin untuk kembali ke Surabaya. Pak Dahlan sampai berjanji akan memberikan saham ke saya.

Saya pun akhirnya datang ke Kota Hujan ini, setelah berdiskusi panjang dengan keluarga, teman, dan berkali-kali meminta izin isteri. Bulan Juli, tanggal 19, hari Kamis, tahun 2002, saya tiba di Bogor.

Saya lalu mengajak para manager untuk merumuskan bagaimana supaya bisa bangkit. Bagaimana cara mencapai harapan ketika sedang terpuruk. Dan lahirlah semacam filosofi, “Kebersamaan untuk tumbuh dan maju bersama.” Ia kemudian menjadi energi kolektif.
Ketika Radar Bogor sudah besar, sudah untung, karyawan menikmati hasilnya berupa bonus tahunan. Filosofi itu memang ada unsur janjinya, bahwa keuntungan tidak hanya dinikmati pengurus (direksi, komisaris) dan pemegang saham.

Radar Bogor terus tumbuh, dan besar. Membangun gedung percetakan di atas lahan cukup luas, dll.

Pak Dahlan pun memenuhi janjinya, saya diberikan saham lima persen. Maka, resmi-lah saya menjadi salah satu pemilik Radar Bogor. Pemilik saham pemberian itu.

Saya dibesarkan oleh pendidikan agama sejak tingkat dasar sampai tingkat atas. Lalu belajar ilmu kependidikan di perguruan tinggi negeri kependidikan. Kemudian belajar prinsip-prinsip bisnis dan managemen.

Agama mengajarkan, hari ini harus lebih baik dari kemaren. Dan hari esok harus lebih baik dari hari ini. Ilmu-ilmu kependidikan membimbing pikiran bahwa proses dan hasil harus didahului perencanaan yang terukur. Itu menjadi pegangan dasar saya memimpin selama 21 tahun itu.

Ketika ekonomi dalam keadaan sulit, ketika prilaku konsumen berubah, ketika media sosial marajai kehidupan, banyak perusahaan media gulung tikar. Tetapi Radar Bogor masih bisa bertahan di tengah persaingan yang makin ‘berdarah-darah’ ini.

Prinsip-prinsip berfikir yang ditanamkan kepada karyawan tahun-tahun terakhir antara lain inovatif dan kreatif. Berfikir inovatif, berfikir kreatif untuk menghasilkan produk yang kompetitif.

Kita lalu membuat apa yang disebut Creative Centre. Di situlah anak-anak muda berkreasi menghasilkan produk-produk terbaik, termasuk untuk media sosial.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X