"Tidak benar," kata Sugiono, memastikan Prabowo akan kembali ke tanah air usai dari Mesir.
Penolakan ini konsisten dengan sikap historis Indonesia. Indonesia tidak memiliki hubungan diplomatik resmi dengan Israel dan secara teguh menganut prinsip Solusi Dua Negara (Two-State Solution) sebagai satu-satunya jalan menuju perdamaian abadi.
Sikap Indonesia jelas, tidak akan ada pengakuan atau normalisasi hubungan dengan Israel sebelum Israel mengakui kemerdekaan dan kedaulatan penuh Palestina.
Oleh karena itu, klaim media Israel yang mengarah pada pengakuan atau normalisasi melalui kunjungan kenegaraan merupakan upaya pembentukan narasi sepihak yang bertentangan dengan prinsip dasar politik bebas aktif Indonesia.
Dari Diplomasi ke Aksi Nyata di Gaza
Kehadiran Presiden Prabowo di KTT Sharm El-Sheikh menegaskan bahwa peran Indonesia dalam konflik ini lebih dari sekadar mengutuk.
Rencana di Mesir, sebagaimana dikutip Biro Pers Sekretariat Presiden, adalah menyaksikan upacara penandatanganan perjanjian perdamaian dan penghentian perang di Gaza.
Sebelumnya, Presiden Prabowo telah menunjukkan keseriusannya di panggung global.
Baca Juga: Sah! Edi Wijaya Terpilih dan Dilantik jadi Ketua Aspedi DPW Jabar 1 Periode 2025-2029, Ini Targetnya
Selain seruan damai, Indonesia telah menegaskan kesiapan untuk mengirim hingga 20.000 personel penjaga perdamaian (Pasukan Garuda) ke Gaza sebagai bagian dari upaya pascakonflik dan menjamin bantuan kemanusiaan.
Komitmen ini dipandang sebagai diplomasi yang didukung oleh disiplin lapangan, menjadikan Indonesia sebagai aktor yang kredibel dan dipercaya dalam negosiasi perdamaian.
Kehadiran Indonesia di Mesir menunjukkan bahwa pemerintah memilih forum multilateral yang berorientasi pada penyelesaian konflik (KTT Perdamaian) dibandingkan dengan kunjungan bilateral yang bersifat normalisasi (Tel Aviv), yang bertentangan dengan konstitusi dan aspirasi bangsa.***