Legenda Sritanjung
Berbeda dengan narasi sejarah, asal-usul nama 'Banyuwangi' diselubungi oleh sebuah kisah cinta dan pengorbanan yang mendalam, yaitu Legenda Sritanjung dan Patih Sidopekso.
Legenda ini mengisahkan kecantikan Sritanjung, istri Patih Sidopekso.
Kecantikannya memikat Raja Prabu Sulahkromo, yang kemudian memfitnah Sritanjung telah berlaku tidak pantas. Sidopekso yang termakan cemburu dan amarah menuduh istrinya berkhianat.
Baca Juga: Dishub Kota Sukabumi Terima 94 Aduan PJU Rusak Selama Dua Bulan
Sritanjung, dalam keputusasaan untuk membuktikan kesuciannya, mengajukan permohonan terakhir, ia rela dibunuh dan jasadnya diceburkan ke sungai.
Sumpahnya berbunyi, "Jika air sungai berbau busuk, maka aku bersalah. Namun, jika air sungai berubah menjadi jernih dan beraroma harum, maka aku tidak bersalah."
Setelah Sidopekso menikamnya dan membuang jasadnya ke sungai, keajaiban pun terjadi.
Air sungai yang keruh segera menjadi jernih dan memancarkan aroma bunga yang sangat harum.
Baca Juga: Daftar 40 Tokoh Diajukan Jadi Calon Pahlawan Nasional, Fadli Zon Terima Langsung Usulan Resmi
Patih Sidopekso, yang menyadari kesalahannya dan kesucian istrinya, menjerit dalam penyesalan, melahirkan seruan yang kini menjadi nama kota: "Banyu wangi! Banyu wangi!" yang berarti 'air yang harum'.
Pasca-VOC, Banyuwangi terus berkembang, dan pada masa modern, kabupaten ini telah bertransformasi dari wilayah perbatasan yang keras menjadi salah satu destinasi pariwisata terkemuka di Indonesia.
Pemerintah Daerah mengusung semangat Jenggirat Tangi (Bergerak Bangkit), sebuah filosofi yang menggabungkan warisan Blambangan dengan inovasi modern.***