Hal itu pun mempertebal reputasinya yang sudah dibangun di level nasional karena pernah menjabat sebagai direktur KPK selama 13 tahun.
Baca Juga: 5 Game Telltale Yang Sedang Diskon pada Oktober 2024 di Steam menjadi Murah Meriah
Lantas, apa yang membuat nama Rena Da Frina elektabilitasnya di bawah 10 persen padahal sama sama punya jabatan strategis di pemerintahan?
Undang Suryatna berpandangan kalau sepak terjang Rena Da Frina sebagai eks Kepala Dinas PUPR Kota Bogor berbeda dengan posisi Dedie A Rachim sebagai eks wakil walikota Bogor maupun Atang Trisnanto sebagai mantan Ketua DPRD Kota Bogor.
"Kalau Dedie dan Atang, mereka sudah sejak awal punya jabatan lini di Kota Bogor yang membuat mereka turun ke daerah. Sedangkan yang lainnya baru muncul ketika sudah mau pilkada. Begitu juga Rena walaupun punya jabatan tapi posisinya berbeda dengan Dedie dan Atang"paparnya.
Meski begitu, dia meyakini bahwa tingkat keterpilihan serta popularitas seluruh calon punya peluang sama untuk terangkat seiring dengan kampanye serta program yang ditawarkan.
"Ini kan masih masa kampanye ya, disitulah mereka harus bisa maraih simpati publik. Menawarkan gagasan baru, berani belanja masalah dan mewarkan solusi untuk lima tahun ke depan"pungkas Undang Suryatna.***