“Jika serentak, tentu akan ada efisiensi anggaran, tenaga, dan waktu. Termasuk penyelenggara pemilu, kalau namanya serentak pasti akan ada efisiensi anggaran disitu,” kata dia.
Lebih jauh, Seran menilai bahwa pemisahan pemilu nasional dan daerah akan memperkuat model presidensial Indonesia melalui efek coattail atau 'efek ekor jas'.
Di mana pemilih cenderung memilih partai yang mengusung pasangan calon presiden atau kepala daerah pilihan mereka.
“Kita belajar dari pemilu yang kemarin bisa kita lihat ada koalisi partai politik yang mencalonkan presiden kita, dilihat apakah orang yang memilih calon presiden tertentu juga akan memilih partai politik yang mendukungnya atau tidak ini yang namanya coattail effect,” kata dia.
“Nah ini akan berdampak terhadap soal sistem presidensial kita. Mudah-mudahan ini pilihan ideal model keserentakan pemilu ini akan berdampak terhadap penguatan sistem pemerintahan presidensial kita,” sambung Seran.
Selain itu, ua menyambut baik wacana pemilu elektronik atau e-election yang mulai dikaji pemerintah untuk Pemilu 2029.
“Ini bukan sekadar soal e-voting, tapi juga bagaimana semua tahapan strategis pemilu, dari pendaftaran pemilih hingga penghitungan suara, bisa terintegrasi secara elektronik,” jelasnya.
Seran pun optimistis bahwa pelaksanaan pemilu dua tahap ini akan berdampak positif terhadap kualitas demokrasi di Indonesia.
“Kemungkinan untuk partisipasi politik pemilunya meningkat, karena ada pemisahan jarak waktu, ada kejenuhan dari pemilih akan teratasi disitu," pungkasnya. (Fahriza)
