Sulitnya akses air bersih dan sanitasi yang buruk memicu munculnya penyakit berbasis lingkungan seperti diare kronik dan stunting. Pemerintah mencanangkan lima pilar dalam Program Sanitasi Total Berbasis Lingkungan (STBM) untuk mengurangi penyakit tersebut.
LIMA pilar yang digadang-gadang, di antaranya berhenti buang air besar sembarangan, cuci tangan pakai sabun, pengelolaan air minum dan makanan rumah tangga, pengelolaan sampah rumah tangga serta pengelolaan limbah cair rumah tangga.
“Terkait pendekatan keluarga, lima pilar ini adalah pendekatan untuk perubahan perilaku masyarakat. Tujuannya menurunkan penyakit yang berbasis lingkungan. Termasuk stunting akibat diare kronik yang disebabkan kekurangan gizi, Dampaknya, pertumbuhan tubuh terganggu,” kata Direktur Kesehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan RI dr Imran Agus Nurali.
Kelima pilar ini, diharapkan dapat dilakukan bersama-sama. Mulai dari pilar pertama, masyarakat tidak membuang air besar sembarangan agar tidak mencemari lingkungan dan air yang akan dikonsumsi. Kemudian cuci tangan dengan sabun, itu dapat diaplikasikan melalui anak sekolah untuk menerapkan kebiasaan hidup bersih dan pilar lainnya.
“Ini yang saya sampaikan tentang lima pilar ini. Dengan 12 indikator keluarga sehat yang salah satu poin di dalamnya ada keluarga memiliki/memakai air bersih dan memakai jamban sehat. Tentunya akan memperkuat pencapaian keluarga sehat,” katanya.
Selain itu, lanjut Imran, saat ini secara nasional akses sanitasi yang layak mencapai 68,06 persen data per hari. Lalu, desa dan kelurahan yang sudah biasa berhenti buang air besar sembarang sekitar 8.429 desa dari total 82.000 desa.“Di DKI Jakarta total 73,69 persen keluarganya sudah akses sanitasi yang layak,” tambahnya.
Mewujudkan akses air bersih dan sanitasi, menurut dia, dibutuhkan kemitraan yang harus dibangun, bukan cuma dari unsur kesehatan dan lintas sektor pemerintahan. Kementerian yang terlibat dalam program ini, yakni KemenLHK, Kemenkes, KemenESDM, KemenPUPR, dan KemenPerindustrian.
(*/feb/py)