METROPOLITAN - Dua periode menjadi anggota DPRD Kabupaten Bogor membuat Rifdian Surya Darma matang. Kini ia memiliki rencana maju di Pemilihan Legislatif (Pileg) 2019 Jawa Barat. Mimpi besarnya, Rifdian ingin bagaimana kekuasaan bisa menghadirkan kesejahteraan bagi masyarakat. Lantas gagasan seperti apa yang dimilikinya? Berikut wawancara Harian Metropolitan dengan pria yang hobi fotografi ini: Sejak kapan Anda menjadi anggota DPRD Kabupaten Bogor? Saya dilantik sejak Agustus 2009 dan 2014. Tahun ini merupakan periode kedua saya menjabat sebagai anggota DPRD Kabupaten Bogor. Sebelumnya, saya aktif sebagai aktivis mahasiswa. Setelah itu aktivis serikat buruh. Seiring berjalannya waktu, saya mendirikan lembaga kajian bernama Forum Studi Kebijakan dan Implementasi Pembangunan (Foskip) yang aktif di bidang kemiskinan, pengangguran, pertanian, PAD dan APBD. Apa yang melatarbelakangi Anda mau menjadi anggota DPRD waktu itu? Saya punya frame besar bahwa kekuasaan tanpa menghadirkan kesejahteraan adalah sebuah kejahatan. Cara efektif untuk menghadirkan kesejahteraan dalam kontek negara itu harus berkuasa, dalam hal ini masuk partai politik (parpol) karena Indonesia adalah negara demokrasi. Oleh karena itu, saya berpartai untuk aktif di legislatif. Lalu, alasan Anda maju di Pileg Jabar seperti apa? Saya ingin ada regenerasi di tubuh partai saya. Saya sudah dua periode dari dapil yang sama, maka saya ingin memberikan kesempatan kepada kader-kader PPP Kabupaten Bogor, khususnya di Dapil 6. Karena tidak baik kalau kita di situ terus. Termasuk saya ini sebagai orang yang suka dengan tantangan baru. Sehingga dua periode menjabat sebagai wakil rakyat, menurut saya cukup untuk mengenal seluruh persoalan dan potensi di Kabupaten Bogor. Oleh karena itu, saya harus naik kelas. Tapi yang jauh lebih penting dengan menjadi anggota DPRD Provinsi Jawa Barat, saya bisa memperjuangkan aspirasi masyarakat Bogor ke Bandung. Kebetulan kemarin saat Pilkada Jabar 2018 saya adalah Ketua Timses Ridwan Kamil dan UU Ruzhanul Ulum di Kabupaten Bogor. Jika Anda dipercaya menjadi anggota DPRD Provinsi Jawa Barat, terobosan seperti apa yang ingin dilakukan? Ada beberapa hal yang menurut saya ketika Pak RK jadi itu saya harus perjuangkan juga, dalam hal ini mem-back up melalui legislatifnya. Sehingga apa yang diperjuangkan Pak RK itu inline, karena di-back up juga di legislatifnya, dalam hal ini diperjuangkan anggarannya di DPRD Provinsi Jawa Barat. Beberapa hal yang dimaksud adalah program dokter datang ke rumah, membahas lintah darat atau rentenir melalu masjid sejahtera, mendirikan taman kreatif untuk kaum muda di setiap kabupaten se-Jawa Barat hingga pemekaran wilayah di Kabupaten Bogor. Lantas, terobosan Anda sendiri seperti apa untuk Kabupaten Bogor? Tentunya ada. Seperti saya melihat Bogor ini sebagai penyangga Ibu Kota Jakarta, sehingga banyak hal yang harus kita dorong. Seperti kaitan sampai Kabupaten Bogor mempunyai TPST Nambo yang sampai saat ini masih mandek. Karena kewenangannya ada di provinsi inilah yang akan saya perjuangkan. Apakah ada kaitan transportasi? Ada dua hal kaitan transportasi. Yakni, kemacetan Puncak dan jalur Transyogi. Maka, saya akan mendorong jalur Puncak Dua segera direalisasikan dan memperjuangkan jalur Transyogi untuk dilebarkan. Kaitan Wisata? Untuk hal ini Kabupaten Bogor mempunyai keunggulan dan kekhasan di Kampung Cimande. Maka saya akan memperjuangkan Kampung Cimande menjadi Kampung Budaya melalui intervensi kebijakan anggaran Pemprov Jabar untuk membangun sedemikian rupa dan memperkenalkan hingga mancanegara. Sebab, ini keunikan yang tidak dimiliki daerah lain. Bagaimana dengan pendidikan? Kalau pendidikan persoalan saat ini masih ada di Rata-Rata Lama Sekolah (RLS). Kabupaten Bogor hanya memiliki target di kelas dua SMP. Salah satu problemnya karena ruang belajar yang tersedia di sekolah masih sedikit. Sehingga saya punya mimpi bagaimana Pemprov Jabar mengintervensi dari segi kebijakan anggaran untuk menambah ruang belajar di sekolah swasta. Dengan penambahan ini out put yang didapat bisa meningkatkan RLS dan harga yang dikeluarkan lebih murah ketimbang menyediakan sekolah baru. Terakhir, bagaimana dengan ekonomi? Negara yang kuat itu sejahtera dan adil. Sejahtera dan adil bisa dilihat dari desanya. Untuk itu, saya ingin bagaimana Pemprov dan pemda bisa bersinergi membangun desa. Bisa melalui menghidupkan Bumdes dan menumbuhkan pusat ekonomi baru seperti memanfaatkan keberadaan Situ. Artinya, Pemprov melalui BKSDA merevitalisasi situ. Sedangkan pemda membangun tempat wisata melalui Bumdes. Termasuk Pemprov Jabar membuat regulasi standarisasi bagunan pusat pemdes. (rez/py)