METROPOLITAN - Sebelas tahun Dedi Sarifudin aktif menjadi penyelenggara pemilu di Kota Bogor. Kini, ia merupakan Ketua Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) Bogor Selatan. Dedi pun memiliki target penyelenggaraan pemilu di Kota Hujan harus berjalan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil. Lantas, konsep seperti apa yang dimilikinya bersama Komisioner PPK Bogor Selatan. Berikut wawancara Harian Metropolitan bersama lelaki kelahiran 10 Maret 1966:
Sejak kapan Anda dilantik menjadi PPK Bogor Selatan? Saya dilantik sejak 2017. Saya dipercaya teman-teman komisioner untuk menjadi Ketua PPK Bogor Selatan sampai saat ini, sejak Pilkada 2018 dan Pemilu 2019. Sebelumnya, saya aktif di Panitia Pemungutan Suara (PPS) selama dua periode di Kelurahan Genteng periode 2009 dan 2014. Apa yang melatarbelakangi Anda mau menjadi penyelenggara pemilu? Lebih suka dengan posisi yang netral atau tidak berpihak. Senang saja seperti itu. Mungkin karena panggilan jiwa ya. Sebab, menurut orang lain saya itu dinilai sosok yang kritis. Lalu, sebagai Ketua PPK target Anda saat ini seperti apa? Tentunya pemilu di Kota Bogor harus berjalan sesuai dengan azas. Artinya, berjalan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil. Sekalipun pemilu yang berjalan saat ini sudah lebih maju dari pemilu-pemilu sebelumnya. Karena, terbukti dengan penyandang disabilitas hingga kelompok orang tua saat ini sudah terfasilitasi atau terakomodir dibanding yang dahulu. Apakah ada yang lain? Tentunya ada lagi. Kami memiliki target jumlah partisipasi pemilih pada pemilu 2019 harus mencapai 80 persen. Maka, langkah yang kami akan terus lakukan adalah bagaimana meningkatkan pemahaman terhadap teman-teman KPPS dan PPS dalam mensosialisasikan tahapan pemilu ini. Disamping, kami juga sebagai PPK turut mensosialisasikan tahapan ini. Selama Anda menjadi Ketua PPK apakah ada pengalaman menarik yang dirasakan? Banyak suka dan duka yang saya rasakan selama menjabat sebagai Ketua PPK. Untuk sukanya mungkin lebih ke bagaimana saya mengetahui tentang karakter teman-teman yang berpartai atau pribadi mereka masing-masing. Termasuk, kita juga jadi terbuka komunikasinya di 16 kelurahan yang ada di Kecamatan Bogor Selatan. Sementara, untuk dukanya kita ini masih harus agak berdebat dengan saksi-saksi yang disediakan di TPS. Karena, masih banyak saksi yang disediakan tidak memahami alurnya. Sehingga, kami harus bekerja ekstra untuk memberikan pemahaman mengenai mekanisme penyelenggaraan dan pelaksanaannya.(rez)