METROPOLITAN - Di balik kepemimpinannya sebagai kasi Pengelolaan dan Layanan di Dinas Arsip dan Perpustakaan Daerah (DAPD) Kabupaten Bogor, Raden Hermani ternyata sosok bapak yang rendah hati. Ia selalu mengajarkan keempat anaknya untuk selalu mensyukuri apa pun yang telah diraih. Lantas konsep seperti apa yang diterapkannya dalam membesarkan buah cintanya bersama Ati Setianawati? Berikut wawancara Harian Metropolitan bersama laki-laki kelahiran 29 Desember 1960: Sejak kapan Anda berumah tangga? Saya menikah sejak Juni 1994. Saya dikaruniai empat anak dari istri saya, Ati Setianawati. Bagaimana Anda bisa bertemu dengan istri Anda? Saya ketemu istri itu pertama di Bogor, saat saya merantau dari kampung halaman. Istri saya warga asli Bogor tetapi memiliki keluarga di Jambi. Enam bulan kita berkenalan atau pacaran lalu kita menikah. Apa alasan Anda mau menikahi istri Anda? Mungkin karena sudah jodoh juga. Tetapi, yang paling saya senang dari istri saya dia adalah orang yang bisa mengisi kekurangan dan kelemahan saya. Terutama istri saya ini orang yang sabar, jujur, terbuka dan saling menyayangi dalam keseharian maupun dalam membesarkan anak-anak. Apa yang Anda ajarkan dalam membesarkan keempat anak Anda? Saya selalu menanamkan pentingnya bersyukur dan tidak pernah melihat ke atas. Karena kita masih punya saudara dan tetangga yang masih kekurangan. Belum tentu jika kita berusaha mencari nikmat yang lebih, kita bisa menikmati semua nikmat yang sudah kita dapat itu. Maka, kedua kata kunci itulah yang selalu saya ajarkan kepada anak-anak saya. Kemudian, target Anda inginnya anak-anak menjadi seperti apa? Berjalan saja seperti air. Artinya, saya tidak akan memaksakan kehendak anak-anak harus menjadi apa. Pola yang saya gunakan adalah tut wuri handayani, jadi saya hanya mendorong mereka dari belakang maunya ke mana dan menjadi apa. Apakah sudah terlihat bakat yang muncul dari anak-anak Anda? Mulai terlihat. Anak pertama lebih c o n d o n g p a d a a k u n ting, sedangkan anak kedua lebih menonjo l dalam bidang pelajaran matematika, kemudian yang ketiga b e r prestasi di sekolahnya dan terakhir lebih kepada fashion show dan sudah beberapa kali ikut lomba hingga juara. Lalu, harapan Anda untuk anak-anak seperti apa? Buat anak-anak tetaplah jadi orang yang rendah hati dan mudah memaafkan. Bahkan, bisa lebih bersabar dalam kebenaran. Karena, baik bagi kita belum tentu baik bagi sang Kholik. Jadilah diri sendiri yang bermanfaat ke depan.(rez/py)