METROPOLITAN - Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor mematangkan rencana ngaspalnya berbasis kendaraan listrik di Kota Bogor. Di antaranya, pengadaan bus hingga mobil dinas berbasis listrik. Namun, rencana tersebut tidak akan terlaksana pada tahun ini. Sebab, terkendala proses penganggaran. Sehingga, paling cepat rencana pengadaan kendaraan listrik baru terealisasi pada 2023. Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Bogor Eko Prabowo mengatakan, pengadaan kendaraan listrik di Kota Bogor sebagai langkah penerapan Instruksi Presiden (Inpres) terkait kendaraan berbasis listrik. Termasuk Peraturan Menteri Perhubungan (Permenhub) Nomor 45 Tahun 2020 tentang kendaraan berbasis listrik. Pihaknya pun menyiapkan berbagai rencana agar Kota Bogor siap dalam menerapkan inpres tersebut. Salah satunya pengadaan bus listrik, yang mulai dikomunikasikan dan dipetakan bersama Perumda Transportasi Pakuan untuk bekerja sama dengan pihak ketiga. “Kita sudah koordinasikan. Kami jembatani Perumda Transportasi Pakuan (PTP) dengan pihak ketiga, dimana satu bus milik PTP akan diubah menjadi bus listrik,” katanya. Awalnya, pihaknya sudah berencana membeli bus listrik pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Perubahan 2022. Sayangnya, proses administrasi dan waktu pengadaan disebut tidak mencukupi. “Saya minta itu harus e-katalog prosesnya. Kita nggak berani (kalau tidak e-katalog, red) karena mahal ya. Satu unit itu sekitar Rp3,3 sampai Rp3,6 miliar,” jelasnya. “Cuma waktunya nggak mungkin. Karena saat mulai pesan, makan waktu sampai 26 minggu. Padahal (anggaran, red) perubahan itu maksimal delapan pekan sampai November. Jadi tahun ini kita breakdown dulu,” imbuh Danjen, sapaan karibnya. Selain bus listrik, Kota Bogor juga berencana mengadakan kendaraan dinas listrik. Baik untuk operasional Dishub, mobil dinas untuk wali kota, wakil wali kota, hingga sekretaris daerah (sekda). “Kalau kami paling untuk kendaraan patroli. Nah, untuk mobil dinas pimpinan, itu ada di bagian umum setda. Untuk pak wali, pak wakil (wali kota), atau sekda, kita sudah nyari-nyari. Misalnya Hyundai. Tapi kalau nggak ada e-katalog-nya ya kita nggak berani. Kita mau lewat e-katalog. Kalau tersedia, ya kita bisa beli satu atau dua mobil. Yang jelas rencana itu sudah kita siapkan,” tutup Danjen. (ryn/eka/run)