METROPOLITAN - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor akan melaksanakan aksi penanganan masalah limbah B3 atau timbal, hasil pembakaran aki bekas. Hal itu diungkapkan Plt Bupati Bogor Iwan Setiawan usai menerima audiensi secara hybrid bersama Kepala Perencanaan UNICEF (Organisasi PBB) Indonesia dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), di Ruang Rapat I, Setda, Cibinong, Jumat (7/10). Plt Bupati Bogor Iwan Setiawan mengaku pihaknya menerima UNICEF Indonesia dan Kementerian LHK, dimana Pemkab Bogor diminta mendukung langkah-langkah aksi mulai dari tahapan kajian, pelaksanaan, dan usai pelaksanaan dengan aksi-aksi konkret. “Rencananya aksi pengurangan keracunan timbal pada anak akan dilaksanakan pada bulan ini di tiga titik wilayah Kabupaten Bogor. Dari hasil kajian, dampak masalah yang dihasilkan sangatlah berbahaya, khususnya untuk anak-anak,” katanya. Iwan menjelaskan anak-anak akan sangat berdampak, terutama saat masa pertumbuhan dapat menurunkan tingkat kecerdasan. Karena itu, pihaknya tidak akan memberi toleransi terkait kegiatan pembakaran aki bekas. “Jadi masih ada kegiatan usaha lain yang lebih bermanfaat, yang tidak menghasilkan limbah yang berdampak kepada manusia, khususnya anak-anak. Negara wajib melindungi anak-anak sebagai generasi penerus bangsa,” tegas Iwan. Iwan menegaskan pihaknya meminta Satpol PP menutup kegiatan-kegiatan ilegal tersebut yang sudah sejak lama beroperasi di Kabupaten Bogor. Seperti, melakukan kegiatan nobat atau nongol babat. Sementara itu, Kepala Perencanaan UNICEF Indonesia Silas Rapold menjelaskan pertemuan UNICEF dengan plt bupati Bogor yang didampingi jajaran Pemkab Bogor mendiskusikan program usaha pencegahan pencemaran dan keracunan timbal pada anak-anak. “Timbal adalah sumber pencemarannya, termasuk daur ulang aki bekas dan cat yang mungkin mengandung timbal. Paparan pencemaran timbal ini bisa mencapai masyarakat dan dampak terhadap lingkungannya besar,” tutur Silas. Silas melanjutkan, terutama untuk anak-anak, dampaknya lebih besar lagi daripada dampak pada orang dewasa. Contoh yang paling besar adalah penurunan terhadap IQ yang sifatnya permanen dan juga untuk orang dewasa yang sedang masa kehamilan. Untuk diketahui, pada dasarnya UNICEF bekerja dengan Pemerintah Indonesia, dalam hal ini kerja sama formal dengan KLHK, pihaknya mendukung dalam komitmen usaha pemerintah mencegah paparan timbal di Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian lapangan yang dilakukan Yayasan Pure F Indonesia dan Institute Teknologi 10 November, mereka melakukan studi lapangan melihat ada kontaminasi timbal di tanah di berbagai wilayah Jawa dan Sumatera. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dilanjutkan menggabungkan kriteria-kriteria lain, termasuk komitmen dari pemda dan populasi masyarakat yang menghadapi risiko pada timbal yang tinggi tersebut. “Dari proses tersebut, ada lima lokasi yang menghadapi tantangan tinggi. Akhirnya dua wilayah yakni Kabupaten Bogor dan Tegal yang menjadi lokasi prioritas,” ungkap Silas. Silas menyebut untuk saat ini program kerja sama UNICEF dengan KLHK berfokus pada timbal. Meski kemungkinan limbah beracun lain juga berdampak terhadap anak-anak, pihaknya membutuhkan masukan dari ahli dan juga arahan dari pemerintah di tingkat pusat maupun daerah. “Arahan tersebut untuk melakukan kegiatan apabila ini menjadi sebuah perhatian khusus. Selain masukan dari ahli atau pakar, dibutuhkan juga komitmen dan perhatian dari masyarakat untuk mencegah polusi-polusi terjadi,” pungkas Silas. (*/eka/run)