METROPOLITAN.ID - Bunda Corla, dengan gaya bicaranya yang khas, menjadi pusat perhatian setelah memberikan komentar terkait kembali berlabuhnya pengungsi Rohingya di Pesisir Pantai Aceh.
Live video yang diunggah oleh akun X @kegblgnunfaedh di TikTok menampilkan momen Bunda Corla yang memberikan pandangannya tentang perilaku para pengungsi Rohingnya di Pesisir Pantai Aceh tersebut.
Dalam video yang menjadi sorotan publik, Bunda Corla dengan jelas menyatakan pandangannya bahwa pengungsi Rohingya menunjukkan perilaku yang dianggapnya buruk.
Baca Juga: Perubahan Tingkat Ancaman Israel di Tengah Konflik dengan Hamas, Kelompok Militer Palestina
Pertanyaan netizen tentang alasan pengungsi yang enggan meninggalkan Aceh mendapatkan respons yang mengejutkan, terutama karena pada saat itu Bunda Corla berada di Jerman.
Bunda Carla, yang dikenal dengan keunikan dan keberaniannya menyampaikan pendapat, secara terbuka mengkritik perilaku pengungsi Rohingya.
Video berdurasi satu menit tersebut menampilkan ekspresi wajah dan gerakan tubuh yang menunjukkan ketidaksetujuan Bunda Carla terhadap perilaku para pengungsi yang menurutnya tidak tahu diri dan tidak bersyukur terhadap bantuan yang mereka terima dari warga Aceh dan para relawan.
Baca Juga: WAFA: Ratusan Warga Palestina Mengungsi dari Khan Younis ke Rafah Akibat Serangan Israel
Poin kontroversial dalam komentarnya adalah ketika Bunda Carla memperagakan gestur pengungsi Rohingya yang tidak pernah puas ketika diberi makan oleh warga lokal.
Ia dengan tegas menyatakan bahwa perilaku tersebut tidak hanya tidak etis, tetapi juga memiliki potensi untuk merugikan penerima bantuan.
Bunda Carla dalam beberapa komentarnya bahkan menyarankan agar para pengungsi mencari negara lain dan tidak menginjakkan kaki di Indonesia.
Baca Juga: Tekan Polusi Udara, Dinas Lingkungan Hidup Kembali Uji Emisi Kendaraan di Kabupaten Bogor
Meskipun mencatat kesamaan agama antara pengungsi Rohingya dan mayoritas agama di Indonesia, Bunda Carla menegaskan bahwa etika juga harus menjadi pertimbangan yang serius.
Menurutnya, memiliki agama yang sama tidaklah relevan jika perilaku tidak etis dan tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku.