Aktivisme Rizal Ramli terwujud sejak masa kuliahnya di ITB. Pada tahun 1978, bersama teman-temannya, ia terlibat dalam penulisan Buku Putih Perjuangan Mahasiswa ITB, yang mengkritik kebijakan otoriter dan praktik KKN.
Baca Juga: Program Pemasangan Gratis Perumda Tirta Pakuan Kota Bogor Masuk Tahap Verifikasi
Keterlibatannya membuatnya dipenjara di Sukamiskin, tempat yang sebelumnya menahan Presiden Soekarno.
Setelah menyelesaikan pendidikan di Amerika, Rizal Ramli kembali ke Indonesia dan mendirikan ECONIT Advisory Group, sebuah organisasi ekonomi yang aktif mengkritisi kebijakan pemerintahan order baru.
Pada tahun 2000, ia diangkat sebagai Kepala Badan Urusan Logistik (Bulog), di mana berhasil membawa perubahan signifikan dalam tempo enam bulan.
Baca Juga: Polsek Rumpin Berhasil Ciduk Wanita yang Maling Handphone dengan Modus Bertamu
Rizal Ramli terus meniti karier politik dan ekonomi dengan menjadi Menteri Koordinator Bidang Perekonomian pada tahun 2000 dan Menteri Keuangan Republik Indonesia pada Juni-Agustus 2001.
Selanjutnya, ia menjadi komisaris utama di beberapa perusahaan BUMN, termasuk Bank BNI.
Kontribusi Rizal Ramli dalam Mengkritisi Kebijakan Pemerintah
Baca Juga: Baru Sebulan Proyek Irigasi di Desa Palasari Ambruk
Sebagai seorang ekonom dan politikus, Rizal Ramli dikenal sebagai sosok yang gigih dalam mengkritisi kebijakan pemerintah.
Pada masa pemerintahan Presiden Joko Widodo, ia diangkat sebagai Menko Kemaritiman pada Agustus 2015, namun posisinya digantikan oleh Luhut Binsar Pandjaitan.
Meski demikian, kritik konstruktifnya terhadap kebijakan tetap menjadi sorotan.
Baca Juga: Sikapi Permasalahan Sosial dan Keagamaan di Masyarakat, Gus Udin Sampaikan Pentingnya Peran Umaro
Kehidupan Pribadi