Senin, 22 Desember 2025

Update Nilai Tukar: Rupiah Turun 0,67%, Dolar AS Menguat di Level Rp16.410

- Selasa, 9 September 2025 | 11:45 WIB
Nilai tukar rupiah melemah, Dolar AS kini naik (Pexels)
Nilai tukar rupiah melemah, Dolar AS kini naik (Pexels)

METROPOLITAN.ID - Nilai tukar rupiah dibuka melemah cukup dalam terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini, Selasa (9/9/2025).

Berdasarkan data Refinitiv, nilai tukar rupiah pada pembukaan perdagangan mengalami koreksi sebesar 0,67% di posisi Rp16.410 per dolar AS.

Pergerakan ini berbanding terbalik dengan kondisi perdagangan Senin (8/9/2025) kemarin, di mana rupiah berhasil ditutup menguat 0,70% di level Rp16.300, menjadi penguatan harian terbesar sejak Mei 2025.

Baca Juga: Makin Cuan! Investasi SR023T3 dan SR023T5 Dapatkan Kupon hingga 5,95 Persen Pertahun dan Cashback Belasan Juta Rupiah dengan Pemesanan Lewat BRImo

Sementara itu, indeks dolar AS (DXY) pada pukul 09.00 WIB tercatat turun 0,09% di level 97,66, setelah melemah 0,32% pada perdagangan sebelumnya ke level 97,45.

Pelemahan indeks dolar ini sebenarnya memberikan ruang bagi rupiah untuk menguat, mengingat ekspektasi pasar yang semakin kuat akan adanya pemangkasan suku bunga oleh The Federal Reserve (The Fed) pada pertemuan 16-17 September mendatang.

Para pelaku pasar berharap pemangkasan suku bunga ini menjadi awal dari era suku bunga yang lebih rendah dan berlanjut hingga akhir tahun.

Baca Juga: Komitmen Bentuk Generasi Prestasi, Sekolah Taruna Bangsa Resmikan Lapangan Futsal dan Playground

Namun dari dalam negeri, sentimen negatif muncul akibat pergantian Menteri Keuangan. Presiden Prabowo secara resmi menunjuk Purbaya Yudhi Sadewa menggantikan Sri Mulyani Indrawati, yang dikenal sangat piawai menjaga stabilitas fiskal dan memiliki kredibilitas tinggi di mata global.

Menurut Chief Economist Bank Permata, Josua Pardede, pasar akan menguji kepemimpinan Purbaya di dua area utama, yaitu kesinambungan kebijakan fiskal dan kualitas komunikasi publik yang disampaikan.

Dalam jangka pendek, pergantian ini berpotensi meningkatkan volatilitas pasar keuangan domestik, termasuk rupiah, kenaikan yield Surat Berharga Negara (SBN), serta tekanan di pasar saham.

Baca Juga: Ferry Irwandi Sindir Jenderal Lewat Instagram: Ide Tidak Bisa Dipenjara

Target RAPBN 2026 dengan defisit 2,48% dari PDB, asumsi kurs Rp16.500 per dolar AS, dan yield SBN sebesar 6,9% hanya dapat tercapai jika disiplin fiskal tetap dijaga dan koordinasi erat dengan Bank Indonesia (BI terjalin).

Dari perspektif investor internasional, pergantian Sri Mulyani menimbulkan sejumlah pertanyaan dan kekhawatiran. Jason Tuvey, Deputy Chief Emerging Markets dari Capital Economics, London, menilai ada risiko bahwa Presiden Prabowo dapat melonggarkan aturan fiskal dan menekan BI untuk lebih mendukung program pemerintah, yang dikhawatirkan dapat menimbulkan ketidakpastian bagi investor asing mengenai arah kebijakan keuangan Indonesia ke depan.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X