Ia tidak hanya membaca, tetapi juga produktif menulis. Salah satu karyanya yang paling terkenal adalah buku berjudul Nurul Mubin, yang disunting dari kitab terdahulu pada masa Sultan Abdul Qadim (abad ke-18).
Kitab ini membahas mendalam tentang itikad Islam dan dua kalimat syahadat, menjadikannya salah satu pedoman ilmu Islam di masanya.
Jenjang Karir dan Kepemimpinan Multi-Level
Perjalanan Sultann Muhammad Salahuddin menuju tampuk kekuasaan penuh didahului oleh jenjang karir di lingkungan istana dan pemerintahan.
Baca Juga: Update Harga Emas Hari Ini 10 November 2025, Hold or Buy?
Pada 2 November 1899, ia diangkat sebagai "Jena Teke" atau Putra Mahkota oleh majelis adat Bima.
Menjalani tugas pemerintahan tingkat lokal, pada 23 Maret 1908, ia diangkat menjadi "Jeneli Donggo," jabatan yang setingkat dengan Camat.
Setelah mangkatnya sang ayah, Sultan Ibrahim, pada 1915, Sultan Muhammad Salahuddin memegang kendali pemerintahan.
Ia secara resmi dinobatkan sebagai Sultan Bima XIV pada tahun 1917, memerintah Kesultanan Bima selama periode krusial 1915 hingga 1951 M.
Pengaruh dan kearifannya melampaui batas Kesultanan Bima. Pada tahun 1949, ia diangkat menjadi pemimpin Dewan Raja-Raja se-Pulau Sumbawa, atas persetujuan Sultan Dompu dan Sultan Sumbawa.
Posisi ini menunjukkan perannya yang sangat signifikan dalam menyatukan kekuatan dan pandangan raja-raja lokal di kawasan tersebut.
Kebijakan Visioner
Kontribusi terbesar Sultan Muhammad Salahuddin yang mengantarkannya pada gelar Pahlawan Nasional terletak pada visi pembaharuannya, khususnya di sektor pendidikan.
Baca Juga: Harga Emas Perhiasan Hari Ini 10 November 2025, Rally Harga di Hari Pahlawan