Berpotensi terjadi di antara perairan berikut:
- Selat Malaka bagian utara
- Samudra Hindia barat Aceh, Nias, Mentawai, Bengkulu, Lampung
- Samudra Hindia selatan Banten, Jawa Barat, DIY, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT
- Laut Sulawesi bagian tengah, barat, selatan
- Laut Maluku
- Samudra Pasifik utara Papua dan Papua Barat
Tinggi Gelombang 2,5–4 Meter (Kategori Berbahaya)
Terpantau berpotensi terjadi di:
- Laut Natuna Utara
- Samudra Pasifik utara Maluku
Wilayah kategori kedua ini dinilai paling berisiko terhadap keselamatan kapal nelayan, kapal tongkang, serta kapal penumpang.
Imbauan BMKG untuk Masyarakat dan Nelayan
Dalam keterangannya, BMKG menegaskan bahwa kondisi gelombang tinggi dapat berdampak pada keselamatan pelayaran, terutama untuk kapal nelayan kecil, wisata bahari, dan penyeberangan antarpulau.
Baca Juga: 2 Langkah Pemerintah Perbaiki Jalur Komunikasi Pascabencana, Dampak Banjir dan Longsor Sumatera
“Potensi gelombang tinggi tersebut dapat berisiko terhadap keselamatan pelayaran. Masyarakat diminta tetap waspada terutama yang beraktivitas di wilayah pesisir,” tulis BMKG dalam peringatan resminya, Jumat (5/12/2025).
Masyarakat pesisir juga diminta meningkatkan kewaspadaan terhadap:
- Pasang air laut
- Abrasi
- Aktivitas wisata pantai dan pelabuhan kecil
- Cuaca ekstrem susulan yang mungkin menyertai bibit siklon
BMKG: Perkembangan Situasi Masih Dipantau
BMKG memastikan pemantauan cuaca maritim akan terus diperbarui. Informasi lanjutan akan dirilis melalui kanal resmi termasuk aplikasi, website, dan sistem peringatan maritim.
Masyarakat, nelayan, serta operator transportasi laut diimbau untuk memantau informasi terbaru sebelum melakukan perjalanan atau aktivitas di laut.
***