Melihat air yang terus meninggi, ia mencoba keluar rumah dengan menggendong cucunya.
Saat itu ia sempat terpeleset dan nyaris terbawa arus.
Beruntungnya, ada seseorang yang menarik dirinya untuk terus berjalan melintasi banjir.
Ia tidak sempat menyelamatkan barang-barang miliknya. Hanya sehelai baju yang robek bekas tarikan saat dirinya terpeleset.
Ia berhasil selamat dan ditampung oleh salah seorang warga di Desa Batu Horing yang jaraknya lumayan jauh dari perkampungannya.
Hanya saja, di wilayah itu memiliki tempat yang tinggi, sehingga tidak terdampak banjir.
"Saya waktu itu terus berjalan pelan karena aliran air yang deras. Saat itu banyak pohon kayu yang hampir menabrak kami, namun berkat batuan bapak-bapak, ditepislah kayu itu," tambah dia.
Ia pun sempat mendengar kabar anaknya yang sempat hanyut terbawa arus sungai saat akan melarikan diri.
Ia pun sempat khawatir sebab, berjam-jam anaknya belum bisa ditemukan.
Monica bisa bernafas lega, saat anaknya diketahui selamat, meski ada beberapa luka dibagian kaki dan tangannya.
"Bersyukur anak kami bisa selamat. Hanya saja banyak luka di kaki dan tangannya," terangnya.
Cerita Monica pun masih berlanjut. Listrik, BBM dan jaringan telpon pun terputus hingga beberapa hari.
Di pengungsian awal, ia hanya bertahan satu hari.
Monica enggan membebani orang yang sudah menolongnya. Ia pun mencoba mencari tempat pengungsian lain di Sopo Daganak.
Di lokasi yang baru, ia pun masih kebingungan.