Tak ada makan dan minum untuk dikonsumsi. Sebab, saat itu belum ada bantuan yang masuk.
"Adapun bantuan hatus berebut. Sayakan sudah tua, gak bisa berbuat banyak," lirihnya.
Beruntung, saat itu ada pembagian baju dan makanan untuk dimasak.
Namun, masalah baru muncul.
Ia pun kembali dihinggapi rasa bingung, sebab tidak ada kompor untuk memasak.
Ia pun mengingat kagi, saat di pengungsian pertama sempat diberikan lilin oleh orang yang memberikannya tumpangan.
Dengan inisiatif, ia mencari batu bata dan membuatkannya tungku dengan sumber api dari lilin tersebut.
"Kita minum dan masak pakai lilin ini lah. Ini baru pertama saya mengalami hal seperti ini. Masak diatas lilin dengan bahan makanan seadanya," keluhnya sambil menyeka air matanya.
Ia berharap, musibah ini cepat berlalu dan bisa kembali melanjutkan sisa hidupnya, bersama anak dan cucunya.
"Semoga bencana ini cepat berlalu. Dan kami pun tidak tahu sampai kapan disini. Kami disini (pengungsian), sudah kedinginan dan banyak yang sakit," pungkasnya. (Why)