METROPOLITAN.id - Ratusan mahasiswa Universitas Ibn Khaldun (Uika) Bogor menggeruduk kantor Rektorat pada Kamis, 5 Oktober 2023.
Aksi unjuk rasa mahasiswa Uika Bogor dari enam fakultas itu dilakukan sebagai respon terhadap kasus dugaan pelecehan seksual yang dilakukan dosen berinisial MDR terhadap mahasiswinya.
Dalam aksi tersebut, mahasiswa membawa spanduk berisi tuntutan seperti 'Usut Tuntas Pelecehan Seksual di UIKA' dan membawa pengeras suara.
Mayoritas dari mereka mengenakan pakaian serba hitam, mencerminkan keseriusan mereka dalam memperjuangkan tuntutan ini.
Saat berorasi, salah satu mahasiswa menyebut bahwa mahasiswa merasa terancam dan tidak nyaman dengan adanya kasus dugaan pelecehan seksual tersebut.
Mereka juga merasa bahwa langkah-langkah tegas yang diperlukan belum dilakukan oleh pihak Rektorat Uika Bogor.
"Rektor harus mengambil tindakan tegas terhadap kasus dugaan pelecehan seksual ini, sehingga mahasiswa tidak terancam dengan adanya 'Predator Seksual' yang sudah membuat mahasiswa merasa tidak nyaman," kata Ketua Majelis Permusyawaratan Mahasiswa (MPM), M Syahdan Oktariza dalam orasinya.
Sebelumnya, curhatan mahasiswi Universitas Ibn Khaldun (Uika) Bogor ramai jadi pembicaraan. Lewat akun TikTok @mahasiswiuika, dia menceritakan tentang kelakuan sang dosen yang mengarah pada pelecehan seksual.
Dalam tayangan video berdurasi 24 detik, mahasiswa Fakultas Agama Islam itu mendapat perlakuan yang kurang menyenangkan dari salah seorang dosen UIKA Fakultas Agama Islam berinisial MDR.
“Hari ini aku mulai memberanikan diri untuk speak up karena aku sudah tidak tahan lagi pendam ini semua. Entah apa yang ada di dalam pikiran dosenku yang terus menerus mengajak aku untuk video call,” tulis isi caption video TikTok @mahasiswiuika dikutip Minggu (1/10).
Dalam video, pengunggah yang diduga korban itu memerinci tindakan tak terpuji apa saja yang dilakukan seorang tenaga pengajar kepada muridnya itu.
Selain video call, terduga pelaku berinisial MDR juga kerap meminta kepada korban untuk mengirimkan foto tanpa busana.
“Chatting WA dengan menyuruhku untuk mengirimkan fotoku yang tidak berbusana. Terkadang mengirim pesan atau pesan suara dengan sebutan ‘yang/yg’,” tulisnya.
“Mengajak bertemu berdua di luar kampus. Entah itu di Puncak, Reddorz, Bekasi, Sukabumi. Yang jelas, mengajak untuk bertemu berdua di tempat sepi yang jauh dari mahasiswa,” lanjutnya.