METROPOLITAN.ID - Pemerintah Kota Bogor melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) melaksanakan program jemput bola 'Active Case Finding' (ACF) Tuberkulosis (TBC) di 20 titik lokasi di Kota Bogor, 1 hingga 12 Februari 2025.
Berdasarkan data per 31 Januari 2025, ditemukan sebanyak 9.947 kasus TBC (119%) di Kota Bogor.
Masih tingginya angka tersebut belum diiringi dengan tingginya angka pemeriksaan TBC pada kontak serumah maupun kontak erat pasien TBC.
Baca Juga: Timbulkan Polemik, Pemkot Akhirnya Setop Program Night Market di Alun-Alun Kota Bogor
Pelaksanaan ACF ini didukung oleh perangkat daerah dan lintas sektor yang berperan dalam mendukung serta memobilisasi peserta untuk mengikuti skrining TBC, sekaligus menjaga keamanan dan ketertiban selama kegiatan berlangsung.
“TBC ini bukan hanya hari ini saja, tetapi telah menjadi stigma yang luar biasa. Untuk itu, diperlukan peran maksimal dari pemerintah,” kata Plh Wali Kota Bogor, Hanafi, saat membuka ACF hari pertama di Lapangan Basket GOR Pajajaran, akhir pekan lalu.
Hanafi melanjutkan, eliminasi TBC merupakan salah satu prioritas penanganan kesehatan pemerintah karena jumlah kasusnya yang masih tinggi. Namun, upaya ini membutuhkan kolaborasi dari berbagai pihak.
Baca Juga: Kecelakaan Maut di Cikembar Sukabumi, Pemotor Tewas Tergilas Truk Tronton
“Harus dilakukan secara bersama-sama lintas sektor. Kita harus aktif jemput bola, karena stigma masyarakat terhadap TBC belum hilang,” ujar Hanafi.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Bogor, Sri Nowo Retno, menambahkan bahwa TBC merupakan penyakit menular paling mematikan kedua di dunia.
“Bahkan, Jawa Barat berada di urutan pertama dalam penemuan kasus TBC tertinggi di Indonesia. Program Eliminasi TBC Tahun 2030 bertujuan untuk meningkatkan kepedulian seluruh masyarakat terhadap TBC,” jelas Retno.
Baca Juga: BPBD Tangani Dampak Kebakaran di Cijangkar Sukabumi, Bareng PLN Lakukan Perbaikan Listrik
Skrining yang dilakukan mencakup gejala-gejala TBC, dampaknya terhadap kualitas hidup, serta bagaimana pencegahan dan pengobatan TBC agar dapat mengurangi potensi penularan penyakit kepada orang-orang di sekitar melalui gerakan TOSS TBC, yaitu ‘Temukan, Obati, Sampai Sembuh’.
“Penting bagi masyarakat untuk sadar akan TBC, salah satunya dengan memeriksakan diri ke fasilitas pelayanan kesehatan apabila muncul gejala TBC,” ujar Retno.