METROPOLITAN.ID - Hasil sawah, khususnya padi, masih jadi tumpuan utama sejumlah masyarakat di wilayah Desa Singasari, Kecamatan Jonggol, Kabupaten Bogor untuk hidup dan menghidupi.
Di desa yang memiliki luas wilayah 2624.61 hektate ini, sebanyak 25 hektare di antaranya merupakan lahan persawahan.
Kendati tidak menjadi mata pencaharian utama, namun tidak sedikit masyarakat yang menggantungkan hidupnya sebagai petani.
Tercatat dari 11.370 jumlah penduduk, ada 3.80 persen atau 431 warga Desa Singasari yang bekerja di bidang pertanian dan perkebunan.
Ratusan warga yang menggantungkan hidupnya sebagai petani ini terdiri dari 419 pria dan 12 wanita.
Salah seorang warga yang akrab disapa Ujang (56) mengaku mata pencahariannya sehari-hari hanya bergantung dari hasil sawah.
Selain menjadi petani, Ujang mengaku tidak dapat melakukan pekerjaan lainnya.
Hal ini dikarenakan ia terbiasa bertani sedari kecil.
"Saya kerja cuma tani, gak bisa kerjaan lain, soalnya dari kecil ikut bapak-ibu ke sawah," kata Ujang, Senin, 7 April 2025.
Oleh sebab itu, Ujang menggantungkan kehidupannya beserta keluarganya dari hasil sawah seluas 5.000 meter per sehi yang ditinggalkan orang tuanya.
Dalam masa satu kali panen, Ujang mengaku dapat memperoleh padi seberat 2 ton.
"Karena kan kalo panen kita minta bantuan orang juga, nggak bisa panen sendiri. Jadi ada beberapa yang dibagi ke yang bantu manen," ungkapnya.
Hasil panen itu dijual Ujang ke tengkulak dengan harga sekitar Rp700 ribu untuk satu kuintalnya.
"Satu kuintal Rp700 ribu. Dijual ke tengkulak, karena saya nggak punya alat gilingnya," jelas Ujang.
Menurutnya, persawahan di Desa Singasari terbilang kurang baik, karena hanya dapat digunakan dalam masa dua kali panen.
