Ia menjelaskan, sebelum longsor terjadi, tanah di belakang rumahnya berupa gundukan kosong dengan kemiringan curam. Meski ada beberapa pohon kelapa dan tanaman liar, area tersebut tidak cukup kuat menahan derasnya air hujan.
“Tinggi tanahnya itu bisa lebih dari 15 meter, dan longsorannya sekitar 8-9 meter,” tambahnya.
Akibat kejadian ini, aktivitas warga lumpuh total. Banyak peralatan dapur, pakaian, bahkan kendaraan warga terendam dan hanyut terbawa arus. Meski beberapa motor berhasil dievakuasi oleh warga secara gotong-royong, kerusakan tetap tak bisa dihindari.
“Kami berharap segera ada penanganan. Saluran air harus cepat-cepat dibersihkan biar air bisa ngalir normal lagi. Kalau belum lancar kita susah buat bebenah, karena masih bercampur dengan air,” kata dia.
Selain itu, longsorangan ini juga mengakibatkan tertimbunnya dua orang Santri yang bernama Muhammad Resa (22) dan Suhendar (22).
Untuk Resa (22) dinyatakan meninggal dunia saat ini jenazah telah dibawa rumah duka, sementara Suherman (22) hingga saat ini masih dirawat di RSUD Ciawi akibat luka yang dialaminya.
Sebelumnya bencana tanah longsor terjadi di Kampung Rawasedek RT 01/04, Desa Megamendung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, pada Sabtu 5 Juli kemarin, Satu orang dilaporkan meninggal dunia akibat tertimbun material longsoran.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Bogor, M. Adam Hamdani mengatakan, longsor terjadi sekitar pukul 17.30 WIB, dipicu hujan deras yang cukup lama dan meluapnya aliran Sungai Cirangrang.
“Menyebabkan 1 orang korban yakni Muhammad Resa (22) tertimbun longsor yang berada di dapur bersama temannya,” kata Adam pada Minggu, 6 Juli 2025.
Kemudian, korban yang diketahui merupakan warga Desa Sukataria, Kecamatan Karang Tengah, Kabupaten Cianjur akhirnya dinyatakan meninggal dunia setelah tertimbun material longsor saat berada di dapur. Untuk rekannya yakni Suhendar (22), selamat meski sempat terbawa material dan arus luapan air.
Adam mencatat sebanyak 13 rumah warga terdampak dalam kejadian ini, dengan total 36 kepala keluarga atau 160 jiwa. Selain permukiman, dua fasilitas umum turut terdampak, yakni Pondok Pesantren Al Barosi dan Masjid Al Barokah.
“Setelah ditemukan dalam keadaan meninggal dunia korban langsung dievakuasi ke RSUD Ciawi. Sementara untuk pembersihan material longsoran masih belum dilakukan sepenuhnya,” tambah Adam.
Menurut Adam pihaknya telah melakukan kaji cepat, evakuasi, edukasi kebencanaan, serta koordinasi lintas instansi di lokasi.
Selain itu, pihaknya menekankan pentingnya penanganan lebih lanjut dari instansi teknis, mengingat potensi longsor susulan masih ada di lokasi tersebut. (Fahriza)