METROPOLITAN.ID - Harapan baru datang bagi Hj Idah Haryani, seorang warga asal Bukit Cimanggu City, Tanah Sereal, Kota Bogor yang menjalani terapi hiperbarik di RSUD Bakti Pajajaran, Cibinong, Kabupaten Bogor.
Sejak April 2025, ia mengalami penyempitan pembuluh darah di leher hingga menyebabkan tangan kirinya kebas dan kesemutan.
Setelah menjalani enam kali terapi hiperbarik di RSUD Bakti Pajajaran, kondisinya kini membaik secara signifikan.
"Saya mulai terapi hiperbarik udah yang ke enam kali, saya sakit penyempitan pembuluh darah di leher terus tangan kiri kesemutan," kata Idah, Kamis, 31 Juli 2025.
"Alhamdulillah, udah bisa bergerak terus bisa pegang handphone, alhamdulillah ada perubahan, terasa setelah terapi ketiga," ungkapnya.
Sebelumnya, aktivitas sehari-hari Hj Idah sangat terbatas, bahkan harus menggunakan kursi roda untuk berpindah tempat.
Namun kini, ia bersyukur telah bisa berjalan kembali tanpa bantuan kursi roda.
"Saat ini alhamdulillah udah bisa jalan, sudah tidak menggunakan kursi roda lagi. Pokoknya Hiperbarik oke," jelasnya.
Terapi hiperbarik merupakan pengobatan medis dengan memberikan oksigen murni di dalam ruang bertekanan tinggi.
Terapi ini terbukti efektif membantu pemulihan berbagai kondisi, termasuk gangguan pembuluh darah, stroke, dan luka kronis.
Terapi hiperbarik ini bersifat tambahan (adjuvant), bukan pengganti pengobatan utama.
Jumlah sesi terapi tergantung kondisi pasien, rata-rata dilakukan 10 kali, namun bisa mencapai 20–30 kali untuk kasus berat seperti gangren basah.
Chamber hiperbarik di RSUD Bakti Pajajaran berkapasitas 8 orang untuk 7 pasien dan 1 perawat.
Setiap sesi berlangsung sekitar 1,5 hingga 2 jam, dibagi dalam tiga tahap terapi dengan tekanan setara 2,4 ATA (Atmosphere Absolute).
Layanan terapi hiperbarik ini terbuka untuk anak-anak hingga lansia, asalkan dalam kondisi kooperatif dan bisa mengikuti tindakan ekualisasi tekanan pada telinga.
