METROPOLITAN.ID - Para pelaku usaha keramik di Kecamatan Plered, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat mengalami tekanan berat menyusul kebijakan pemerintah Amerika Serikat yang menetapkan tarif impor sebesar 32 persen untuk produk asal Indonesia.
Akibat kebijakan tersebut, ekspor keramik ke Amerika tertahan yang juga dapat menimbulkan potensi kerugian besar di kisaran ratusan juta rupiah.
Kepala UPTD Litbang Keramik Plered, Mumun Maemunah, mengatakan saat ini sebanyak 5 kontainer keramik yang seharusnya sudah di ekspor ke Amerika, namun masih tertahan.
Baca Juga: Hasil Survei LSI Denny JA : 83,6% Masyarakat Purwakarta Puas Atas Kinerja Om Zein
"Produknya sebenarnya sudah layak ekspor, namun karena aturan baru dari Amerika terutama soal pajak impor, pihak pembeli menunda pembayaran dan pengiriman," ucap Mumun, Kamis 10 Juli 2025.
Situasi yang di timbulkan dari kebijakan baru pemerintah Amerika Serikat ini juga membuat dua eksportir aktif di Plered belum melanjutkan kegiatan ekspor.
"Mereka masih menunggu kejelasan kebijakan dari pihak pembeli di Amerika, karena jika beban pajak ditanggung importir, maka akan berpengaruh ke harga jual dan harus dihitung ulang," ucapnya.
Baca Juga: Program Ngosrek Bupati Om Zein Berhasil Turunkan Kasus Demam Berdarah di Purwakarta
Salah satu eksportir, Jajang Junaedi (55) dari CV Gunung Cupu Karya Mandiri Abadi, menyebut bahwa tarif impor 32 persen dari AS sangat memberatkan.
"Kami biasanya kirim satu kontainer 40 item per bulan ke Los Angeles, Amerika. Sekarang sudah tertunda tiga bulan. Per kontainer itu nilai ekspornya sekitar Rp200 juta, jadi kami sudah rugi sekitar Rp600 juta," ucap Jajang.
Menurut Jajang, beban pajak yang tinggi akibat kebijakan ini sangat tidak masuk akal. Bahkan, harga barang malah lebih murah dibandingkan dengan pajaknya.
"Harga barang malah lebih murah dibanding pajaknya. Ini tidak mungkin kami tanggung, dan kalau dipaksakan menurunkan harga, itu akan sangat merugikan," keluh Jajang.
Selain itu, Jajang juga mengeluhkan bahwa bahan baku seperti can yang digunakan untuk prodak kramik sebagian diimpor, sehingga biaya produksi tidak bisa ditekan terlalu rendah.
Namun meski ekspor ke Amerika saat ini terhenti, para pengrajin keramik Plered tidak sepenuhnya bergantung pada pasar ekspor karena masih ada pasar lokal. Bali dan beberapa wilayah lain di Indonesia, tetap menjadi tujuan utama pengiriman produk keramik, khususnya untuk jenis keramik tradisional dan interior.