Dampak berantai (multiplier effect) program ini diprediksi memperkuat daya beli rumah tangga serta meningkatkan kesejahteraan keluarga.
Fase pertama program ini mengalokasikan anggaran sebesar Rp 12,5 miliar dengan fokus di kawasan perkotaan. Selain menata pedagang, langkah ini juga menjadi bagian dari penataan ruang publik agar lebih tertib, higienis, dan kondusif bagi kegiatan ekonomi.
Bupati Jember Muhammad Fawait menegaskan, pemerintah daerah berkomitmen menciptakan kota yang tertib sekaligus menyejahterakan masyarakat.
"Kami menginginkan kota yang dinamis, PKL yang terorganisir, UMKM yang tangguh, dan masyarakat yang makmur," ujar bupati yang akrab disapa Gus Fawait itu.
Ia menjelaskan, pembangunan ekonomi Jember harus berpijak pada penguatan ekonomi keluarga dan usaha kecil.
"Fondasi ekonomi daerah harus dibangun di atas ekonomi keluarga dan usaha berskala kecil," katanya.
Baca Juga: Pemkot Sukabumi Bantah Pemotongan TPP ASN untuk Tutupi Temuan BPK
Lebih lanjut, Gus Fawait menguraikan tiga pilar utama strategi ekonomi Jember, yakni penguatan basis ekonomi mikro, peningkatan daya saing UMKM, dan pembangunan ekosistem bisnis inklusif yang berkelanjutan.
Ke depan, program Gerobak Cinta akan diperluas melalui pelatihan kewirausahaan, kemudahan akses pembiayaan, hingga digitalisasi kanal pemasaran.
Target pertumbuhan ekonomi Jember tahun 2025 dipatok di kisaran 5,3–5,5 persen, sekaligus untuk mendongkrak Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan ketahanan ekonomi daerah.
"Di balik kesederhanaan sebuah gerobak, terdapat keluarga yang menggantungkan masa depan. Gerobak Cinta bukan semata sarana berjualan, namun cerminan keadilan ekonomi dan kepedulian pemerintah terhadap warganya," tandas Gus Fawait.***