Minggu, 21 Desember 2025

Ahli Biologi Kumpul di Bogor, Risiko Kepunahan Moluska Air Tawar Sundaland Dinilai Ulang

- Senin, 17 November 2025 | 18:17 WIB
Potret acara Lokakarya penilaian Daftar Merah IUCN untuk status kelestarian moluska air tawar endemik kawasan Sundaland yang berlangsung pada Senin 17 November 2025. (Ist)
Potret acara Lokakarya penilaian Daftar Merah IUCN untuk status kelestarian moluska air tawar endemik kawasan Sundaland yang berlangsung pada Senin 17 November 2025. (Ist)

METROPOLITAN.ID - Para ahli biologi, taksonomi, dan konservasi berkumpul di Bogor untuk mengevaluasi kembali status kelestarian moluska air tawar endemik kawasan Sundaland. Penilaian ini dilakukan dalam lokakarya yang berlangsung pada 17-21 November 2025.

Kegiatan tersebut digelar melalui kolaborasi antara Ditjen KSDAE Kementerian Kehutanan, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), International Union for Conservation of Nature (IUCN), Indonesian Species Specialist Group (ISSG), PILI Green Network, serta Masyarakat Moluska Indonesia (MMI).

Lokakarya ini membahas data terbaru terkait kondisi sungai dan danau di kawasan Sundaland, wilayah yang mencakup Indonesia bagian barat, Malaysia, Singapura, dan Brunei.

Baca Juga: Akselerasi Honda ADV 160 Lebih Galak dari ADV 150? Ini Penjelasan Lengkapnya

Kawasan ini merupakan hotspot keanekaragaman hayati dunia yang menjadi habitat berbagai keong dan kerang air tawar yang tidak ditemukan di tempat lain.

Namun, spesies-spesies tersebut kini terancam oleh polusi, pembangunan, dan perubahan iklim.

Penilaian yang dilakukan dalam kegiatan ini menjadi langkah penting untuk menentukan status konservasi spesies di Daftar Merah IUCN, mulai dari kategori “Rentan”, “Genting”, hingga “Kritis”.

Baca Juga: Usai Menikah di ICE BSD, Boiyen dan Rully Anggi Akbar Siap Bangun Keluarga Baru Setelah Resmi Menikah dan Rencana Bulan Madu di Islandia

Hasil lokakarya ini akan menjadi dasar kebijakan konservasi di tingkat nasional dan internasional.

Kegiatan ini juga sejalan dengan program pemerintah yang tercantum dalam RPJMN 2025-2029 serta IBSAP 2025–2045, yang menekankan pentingnya penilaian daftar merah nasional untuk seluruh spesies di Indonesia.

Dalam kesempatan itu, Direktur PILI Green Network, Iwan Setiawan, menegaskan bahwa krisis biodiversitas untuk kelompok invertebrata sering kali luput dari perhatian.

Baca Juga: Bogor Bike Fest 2025, Bukan Event Motor Biasa: Bisa Nonton Naff sampai Jamrud Gratis!

“Kita sedang mengalami krisis kepunahan biodiversitas yang senyap, khususnya untuk kelompok invertebrata seperti moluska air tawar yang kurang mendapatkan perhatian,” ujar Iwan.

“Workshop ini adalah upaya nyata untuk memberikan suara dan perhatian pada spesies-spesies yang kurang mendapat perhatian namun sangat penting bagi kesehatan ekosistem kita,” tambahnya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X