Di era global saat ini, perpustakaan punya dinamika tantangan yang berbeda. Kehadiran dunia digital mau tidak mau mengubah cara perpustakaan dalam menarik kunjungan masyarakat ke perpustakaan.
Baca Juga: Kevin Diks Resmi Jadi WNI, Akankah Perkuat Timnas Indonesia saat Lawan Jepang dan Arab Saudi?
“Perpustakaan harus adaptif memahami perubahan yang terjadi. Upaya yang kami lakukan adalah dengan mengembangkan ruang kolaboras dan aktivitas inklusi sosial di perpustakaan yang diharapkan mampu memberdayakan masyarakat, jelas Kepala Bidang Pembinaan Perpustakaan Kab. Garut Evin Zulfikar Malik.
Aktivitas transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial yang dikembangkan di Garut umumnya berupa pelatihan kerajinan tangan, peternakan domba, dan gerakan literasi bagi guru. Kesemuanya bertujuan untuk memberdayakan dan memperbaiki kualitas hidup masyarakat.
Masyarakat yang literat memiliki dampak positif pada pertumbuhan ekonomi, partisipasi sosial, dan kesejahteraan.
Literasi yang kuat memungkinkan adaptasi terhadap teknologi, inovasi, serta peran aktif dalam pengambilan keputusan sosial, memperkuat daya saing, dan transparansi pemerintahan.
“Literasi yang luas, termasuk kemampuan membaca, menulis, dan keterampilan digital, menjadi kunci untuk menghadapi kompleksitas masyarakat modern,” pungkas Hanny Latifah.
Di sela-sela kegiatan, Perpusnas melalui anggota Komisi X DPR RI memberikan bantuan bahan bacaan bermutu kepada sejumlah perpustakaan desa/kelurahan dan taman baca masyarakat di wilayah Garut. Masing-masing perpustakaan dan TBM mendapatkan 1.000 eksemplar bahan bacaan dan rak pajang buku.(suf)