metro-jabar

Jembatan Diterjang Banjir, Pelajar di Simpenan Sukabumi Bertaruh Nyawa Menyebrangi Sungai ke Sekolah

Rabu, 8 Januari 2025 | 08:42 WIB
Usai jembatan rusak diterjang banjir, para pelajar di Simpenan, Sukabumi, kini bertaruh nyawa menyebrangi sungai untuk pergi ke sekolah (ist)

METROPOLITAN.ID - Usai diterjang banjir bandang luapan sungai Cidadap yang terjadi pada Desember 2024 lalu, sejumlah pelajar di Kecamatan Simpenan Kabupaten Sukabumi, harus kembali bertaruh nyawa menyeberangi derasnya arus sungai cidadap tanpa menggunakan jembatan.

Sejumlah pelajar yang berada di wilayah Desa Loji itu, terpaksa harus berenang melawan derasnya arus sungai cidadap untuk bisa sampai ke sekolah yang berada di seberang sungai.

Tepatnya di wilayah Desa Cidadap Kecamatan Simpenan Kabupaten Sukabumi.

Baca Juga: Demi Tingkatkan PAD, Pemerintah Kota Sukabumi Kebut Penyelesaian Perubahan Perda Pajak dan Retribusi

Yanyan sugianto salah satu warga Desa Loji menjelaskan, dalam keseharian sejumlah warga yang di dominasi pelajar harus bertaruh nyawa untuk berjuang menyebrangi sungai cidadap, untuk menimba ilmu.

Menurut Yanyan derasnya arus sungai cidadap ini pernah merenggut korban jiwa. pada tahun 2006, ketika seorang ustaz bernama Solihin hanyut terbawa arus saat mencoba menyeberangi sungai yang tampak surut.

“Pritiwa kejadian bermula saat itu Ustaz Solihin dari Pasir Pogor hendak ke Babakan Pendeuy. Tiba-tiba arus sungai membesar, dan beliau terseret hingga jasadnya ditemukan di pesisir laut. Beliau adalah pengelola pondok pesantren,” ujar Yanyan saat ditemui di kediamannya, Selasa 7 Januari 2025.

Baca Juga: Dua Disabilitas di Leuwinutug Bogor Mengaku Sering Didata Tapi Tak Kunjung Dapat Bantuan, Pemerintah Desa Bilang Begini

Bukan hanya pelajar, ratusan warga setiap hari juga harus menyeberangi sungai untuk menjalankan aktivitas seperti ke kebun, sawah, atau pasar. Sungai ini menghubungkan dua kampung di Desa Loji dan Desa Cidadap, Kecamatan Simpenan.

“Setiap pagi sekitar pukul 06.00 WIB, anak-anak sudah menyeberang untuk berangkat sekolah. Biasanya, jika orang tua belum ke kebun, mereka akan membantu menyeberangkan anak-anak. Pulangnya pun sama, harus menyeberangi sungai lagi,” jelasnya.

Anyan menjelaskan bahwa kondisi ini diperparah setelah banjir besar pada 4 Desember 2024 lalu yang meluapkan sungai hingga mencapai ketinggian 4 meter.

Baca Juga: Tempat Wisata Alam Curug di Bogor yang Patut Menjadi Pilihan Wisata Akhir Pekan Kamu Nih

Akibatnya, jembatan penghubung yang baru selesai dibangun oleh relawan Sehati pada September 2024 ambruk diterjang arus deras.

“Jembatan itu sebelumnya dibangun oleh relawan, bukan pemerintah. Tapi sekarang sudah hancur lagi pasca-bencana Desember kemarin, sehingga para pelajar dan warga terpaksa menyeberang dengan cara lama,” imbuh Yanyan.

Halaman:

Tags

Terkini

Anak-anak Kena Judol, Kegagalan Negara Sekuler?

Selasa, 3 Juni 2025 | 12:13 WIB

Wakil Bupati Purwakarta Lepas 308 Jemaah Haji

Senin, 26 Mei 2025 | 12:49 WIB