Batas maksimum angin untuk paramotor sekitar 15-20 knot, lebih dari itu sudah tidak memungkinkan.
"Namun, pesawat mikrolet masih bisa beroperasi dalam kondisi angin lebih kencang,” jelasnya.
Selain itu, panorama dari udara menjadi daya tarik tersendiri.
“View dari atas luar biasa, perpaduan pegunungan, laut, dan sawah sangat memanjakan mata. Dari sini ke pantai hanya butuh sekitar 10 menit,” ungkapnya.
Jika pengembangan berjalan lancar, area ini bisa menjadi titik penerbangan menuju Geopark Ciletuh.
“Pesawat mikrolet bisa mengantar wisatawan ke Ciletuh, begitu juga paramotor. Bahkan bisa dibuat paket perjalanan sekali jalan, misalnya take-off dari sini lalu mendarat di Ciletuh,” tambah dia.
Pengembangan wisata dirgantara ini mendapat dukungan dari pemilik lahan dan pemerintah setempat.
Kepala Desa Cihaur, H. Asep Permadi, mengapresiasi langkah ini sebagai upaya mendorong perekonomian masyarakat.
“Kami sangat mendukung inisiatif Cakra Mas yang telah membuka jalur wisata di desa kami, tepatnya di Kampung Hegarsari, Cikupa, RT 001/001, Desa Cihaur, Kecamatan Simpenan, Kabupaten Sukabumi. Harapannya, wisata ini bisa berjalan lancar dan memberikan dampak ekonomi bagi warga sekitar,” ujar Asep, saat di konfirmasi awak media, Selasa 4 Maret 2025.
Di tempat yang sama, Aan Supendi, petugas lapangan dari Cakra Mas, menambahkan bahwa luas lahan untuk pengembangan wisata ini mencapai 40 hektare.
Dengan 20 hektare dialokasikan khusus untuk sektor dirgantara.
“Selain paramotor, ke depan juga akan dikembangkan agro wisata dan wisata lainnya di sini,” jelas di.
Uji coba penerbangan selama dua hari tersebut merupakan bagian dari observasi untuk melihat aspek yang perlu diperbaiki.
“Emergency landing itu bukan kecelakaan, hanya prosedur standar. Pilot harus mampu mengambil keputusan yang tepat untuk menghindari human error,” kata Aan.