Menjamin para santri mendapatkan pendidikan yang baik merupakan tugas dan kewajiban ketua yayasan di Pondok Pesantren (Ponpes). Tujuannya tak lain mencetak para santri menjadi seorang yang teladan atau berkeprilakuan baik di tengah masyarakat. Hal itu pula yang saat ini sedang dilakukan Ketua Yayasan Raksabaya Bogor, M Habibi Zaenal Arifin.
Saat ini Habibi bersama para pengajarnya tengah fokus memberikan pendidikan yang baik terhadap anak didiknya. Lantas gagasan seperti apa yang dimilikinys? Berikut petikan wawancara Harian Metropolitan dengan lelaki yang akrab disapa Habibi ini:
Sejak kapan Anda bergabung dengan Yayasan Raksabaya?
Saya bergabung sejak 2012 atau lulus kuliah. Awalnya saya aktif di ponpes sebagai pengajar. Kemudian saya bermusyawarah dengan kedua orang tua saya untuk mencoba membadan hukum kan Ponpes Raksabaya. Di tahun yangsama Raksabaya sudah memiliki badan hukum dan saya diangkat menjadi ketua yayasan. Pesantren Raksabaya juga sudah didirikan sejak 1984 oleh KH Ridwan Taufik. Nama Raksabaya sendiri diambil dari sesepuh atau pejuang Banten saat zaman penjajahan kolenial Belanda. Nah, saya ingin mempertahankan dan mengenangkan kepada para turunannya bahwa ada seorang kiai yang berjuang susah payah saat penjajahan zaman Belanda.
Apa yang melatarbelakangi Anda mau berkecimpung di Yayasan Raksabaya?
Berawal dari kepedulian dan keprihatinan kami terhadap pendidikan masyarakat. Karena menurut saya pendidikan adalah hal yang sangat penting bagi masyarakat. Maka dari itu kami buka lembaga ini lebih luas lagi. Awalnya sebatas pengajian biasa lalu menjadi pendidikan formal. Alhamdulillahnya saat ini meski awalnya pesantren ini hanya sebatas pengajian biasa bagi warga kampung sekitar. Namun setelah berbadan hukum metode pendidikan sedikit berubah berala modern, tetapi tidak mengurangi apa yang menjadi kultur dari pesantren itu sendiri. Dikit demi sedikit pesantren ini merangkah ke ranah pendidikan formal. Saat ini sudah ada Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Raudhatul Athfal (RA). Cita-citanya kedepan menciptakan MTs, MA hingga jenjang pendidikan berikutnya. Kami bertujuan bukan untuk komersil tetapi untuk membantu atau menyadarkan masyarakat akan pentingnya pendidikan.
Lalu, fokus apa yang Anda lakukan saat ini?
Fokus kami lebih kepada menumbuhkan pendidikan karakter para santri. Meski kedisiplinan memang hal yang paling utama, kami tetap memberikan kebebasan terhadap mereka. Seperti halnya dalam suatu pendidikan, metode pembelajaran yang kami gunakan lebih kepada dengan mengetes kejujuran. Misalnya kita tanya apakah mereka menjalankan solat subuh atau tidak? Dari situ kita akan nilai mereka mampu jujur atau tidak. Memang awal-awalnya susah menerapkan metode itu. Tetapi setelah keterbiasaan seperti itu mereka dengan sadar menjalankan ibadah solat. Karena tanpa disadari dari dasar metode itu ketika mereka tidak jujur mereka akan merasa bersalah dan berdosa sendiri. Sudah tidak jujur dengan pernyataannya dan berdosa tidak melaksanakan solat. Jadi menurut saya metode pendidikan inilah yang harus dibangun untuk menyadarkan mereka tentang kewajibannya terlebih dahulu. Bagi saya pun pendidikan karakter itu terbagi atas dua hal. Pertama ahlak dan kedua semangat kerja, sehingga supaya santri kami mampu bersaing dengan santri lainnya kami tekankan kedua etos ini. Artinya kita bangun pemahaman masyarakat akan pentingnya pendidikan, baik itu pendidikan formal maupun agama.(rez/py)