METROPOLITAN - Sepuluh tahun sudah Abdul Haris berkecimpung sebagai penyelenggara pemilu di Kabupaten Bogor. Kini sebagai Koordinator Divisi Penindakan dan Pelanggaran Bawaslu Kabupaten Bogor, ia memiliki target mewujudkan Pemilu 2019 lebih baik dari penyelenggaraan sebelumnya. Lantas konsep seperti apa yang dimilikinya? Berikut wawancara Harian Metropolitan bersama lelaki kelahiran 18 Agustus 1972: Sejak kapan Anda aktif menjadi penyelenggara pemilu? Saya aktif sudah sejak 2008. Saat itu awalnya saya menjabat sebagai anggota Panwaslu Kabupaten Bogor. Setelah itu saya menjadi ketua Panwascam Leuwiliang. Kemudian tahun ini saya dipercaya menjadi anggota Bawaslu Kabupaten Bogor. Apa yang melatarbelakangi Anda mau menjadi penyelenggara pemilu? Mungkin karena latar belakang saya yang dulunya aktif sebagai aktivis organisasi NU dan kepemudaan, jadi banyak interaksi sosial bersama teman-teman pergerakan dan saya juga terpanggil menjadi penyelenggara pemilu. Target Anda sebagai Komisioner seperti apa? Kami ingin berpartisipasi untuk pemilu yang berkualitas. Artinya, pemilu berkualitas bisa diwujudkan manakala penyelenggara dan peserta pemilunya berintegritas kemudian pemilihnya cerdas. Itu yang menjadi target kami saat ini. Bagaimana cara mengimplementasikan target itu? Kami mengajak peran serta masyarakat untuk berpartisipasi secara aktif dalam penyelenggaraan pemilu. Artinya, masyarakat diajak mengawasi dan mencegah terjadinya suatu pelanggaran yang dilakukan peserta pemilu atau memastikan penyelenggaraan pemilu berjalan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Lantas harapan Anda seperti apa? Harapan kami Pemilu 2019 bisa berjalan lebih baik dari pelaksanaan pemilu sebelumnya, khususnya pada bidang pencegahan dan penindakan pelanggaran pemilu. Oleh karena itu, kami minta semua pihak yang terlibat dalam kontestasi pemilu dapat menaati aturan yang ada. Sebab, kami akan memastikan segala macam bentuk kecurangan akan dikenakan sanksi tegas. Terakhir, apakah ada pengalaman menarik selama Anda aktif sebagai penyelenggara pemilu? Suka duka pasti ada. Seperti sukanya dengan keterlibatan sebagai penyelenggara pemilu jaringan saya lebih terbuka lagi, artinya lebih banyak mengenal orang baru. Sedangkan, dukanya menjadi penyelenggara pemilu itu terkadang dengan tugas-tugas yang padat, waktu bersama keluarga menjadi berkurang. Kemudian, dinamika yang terjadi di Kabupaten Bogor itu sangat luar biasa apalagi jumlah pemilihnya mencapai tiga juta orang lebih. Belum lagi, luas wilayah Kabupaten Bogor yang sangat luas menuntut kami untuk aktif turun ke lapangan menjelaskan tahapan-tahapan di masyarakat, artinya tidak bisa bekerja secara santai. (rez/py)