METROPOLITAN - Sebelas tahun jadi kader dan tujuh tahun menjadi pengurus Partai Golkar Kabupaten Bogor, Nur Amin tergerak menjadi anggota legislatif. Keputusan ini ia ambil bukan tanpa alasan. Sebab, bapak empat anak ini mempunyai mimpi membawa Bogor menjadi daerah yang maju dan bahagia warganya. Lantas, gagasan seperti apa yang dimilikinya? Berikut wawancara Harian Metropolitan bersapa pria kelahiran 16 Mei 1981: Sejak kapan Anda berkecimpung di dunia politik? Saya aktif dan menjadi anggota Partai Golkar Kabupaten Bogor itu sejak 2007. Kemudian saya masuk menjadi Wakil Ketua PK Bojonggede dan sempat menjadi Ketua Plt-nya. Saat ini saya dipercaya menjadi Wakil Ketua Bidang Kajian Ideologi dan Kebijakan Publik di DPD Partai Golkar Kabupaten Bogor. Kenapa memilih Partai Golkar? Memilih Golkar karna punya idiologi karya kekaryaan karna pilosofi saya dimana kaki di pijak di situ langit di junjung, dimanapun kita berada di situ kita berkarya dan berbuat baik untuk masyarakat. Dan dari orang tua juga ibu saya adalah seorang guru agama dan bapak saya petani di kampung, Maralleng Barru, Sulawesi Selatan. Ibarat katanya, kita hidup dan makan memang sudah dari Golkar. Lalu, apa alasan Anda mau ikut maju di Pileg 2019? Berangkat dari keprihatinan. Awalnya, saat saya dipercaya menjadi Bendahara RT di kampung panjang, terbesit dalam benak saya untuk mencoba mempelajari masyarakat itu seperti apa dan apa yang mereka butuhkan, meskipun waktu itu saya hidup masih dalam keprihatinan bersama keluarga, ngontrak di rumah petak selama tujuh tahun. Setelah menjadi Bendahara RT, saya diangkat menjadi Ketua Pemberdayaan Masyarakat tingkat RW. Dari situ saya ikut berkontribusi membangun jalan-jalan dari dana swadaya dan PNPM Mandiri. Setelah itu? Berjalannya waktu, melihat pekerjaan saya, warga mengusulkan saya menjadi Koordinator BKM Bersemi PNPM Mandiri tingkat desa dan kemudian diusulkan kembali menjadi Ketua Badan Permusyawaratan Desa. Nah, ketika di BPD saya berpikir bagaimana caranya bisa mendapatkan anggaran - anggaran perbaikan untuk Desa Rawa Panjang. Karena, waktu jaman itu dana yang diberikan untuk desa masih terbatas. Ternyata, setelah saya pelajarin salah satu caranya adalah masuk ke ranah politik. Karena, para anggota legislatif lah yang turut mencoba menggagas atau menerima aspirasi masyarakat, yang mana harus dibantu. Maka, itulah alasan saya kenapa mau masuk menjadi kader partai politik dan anggota legislatif. Apakah ada yang lain? Alasan lain kenapa saya mau ikut maju di Pileg 2019 Kabupaten Bogor ini karena warga Bogor dan dapil 6 Bogor masih banyak yang susah atau tidak mampu. Seperti membayar utang ke rentenir, tidak bisa bayar biaya sekolah, biaya kesehatan dan bayar kontrakan saja mereka setengah mati dan saya juga pernah merasakan saat awal merantau ke Bogor tahun 2002. Tentunya ini menggetarkan hati dan kita harus berjuang untuk mereka, dalam artian bagaimana caranya pemerintah bisa hadir memberikan perbaikan dan pemberdayaan untuk mereka. Lantas, jika Anda dipercaya menjadi anggota legislatif hal pertama yang Anda lakukan seperti apa? Ketika Allah mentakdirkan saya mewakili masyarakat menjadi anggota DPRD Kabupaten Bogor, 70 persen gaji saya akan saya berikan bagi warga tidak mampu atau warga yang belum beruntung. Istri saya pun sudah menyepakati hal itu. Karena memang kita sudah terbiasa hidup sederhana. Cukup mengambil 30 persennya saja dan hidup sederhana. Kemudian, 70 persen gaji itu apakah hanya diberi cuma-cuma untuk warga? Tentunya tidak. 70 persen gaji yang akan diberikan kepada masyarakat itu akan saya larikan untuk pemberdayaan masyarakat. Artinya, dalam hal ini kita membuatkan usaha untuk mereka seperti berjualan atau menjadi pelaku UKM. Setelah itu, kita berikan semacam ilmu supaya mereka berdaya. Bisa juga kita buatkan Koperasi atau saya berpikiran kenapa tidak kita membuat baitul mal di setiap desa.(rez)