METROPOLITAN - Delapan tahun Solahudin berkecimpung sebagai tenaga pendidik di Kabupaten Bogor. Kini, Solahudin merupakan Kepala MI Al Bayyinah. Dalam kepemimpinannya, ia memiliki target untuk bagaimana mencerdaskan anak bangsa, khususnya warga yang ada di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Lantas konsep seperti apa yang dimilikinya? Berikut wawancara bersama pria kelahiran Bogor, 4 September 1973: Sejak kapan Anda menjadi tenaga pendidik? Saya merintis sebagai tenaga pendidik sejak MI Al Bayyinah berdiri pada tahun 2012 dan sekarang saya adalah Kepala Sekolah-nya. Diluar sekolahan saya merupakan Sekretaris Desa (Sekdes) Dramaga. Saya menjabat baru dua tahun belakangan ini. Apa alasan Anda mau menjadi seorang tenaga pendidik? Dari awal saya memang ingin mengamalkan ilmu yang saya miliki untuk masyarakat secara umum. Baik secara langsung maupun tidak langsung. Jadi kalau secara nasionalnya mungkin saya ingin ikut mencerdaskan anak bangsa. Karena, kewajiban dasar kita sebagai tenaga pendidik yakni mendidik diri sendiri, keluarga hingga masyarakat pada umumnya. Lalu, sebagai Kepala Sekolah gagasan seperti apa yang Anda miliki? Pertama yang perlu diketahui MI Al Bayyinah ini adalah dari oleh untuk masyarakat. Artinya, tidak hanya milik yayasan atau pun perseorangan. Melainkan, lembaga yang memang menjadi milik masyarakat sehingga siapapun boleh berkontribusi untuk kemajuan pendidikan madrasah yang ada di Dramaga pada khususnya. Kalau soal gagasan, kita ketahui bahwa saat ini terjadi kemerosotan moral di masyarakat. Sedangkan, pendidikan dasar merupakan pondasi untuk membentuk karakter seseorang. Maka, pada dasarnya, hadirnya MI Al Bayyinah di Desa Dramaga ini untuk membentuk karakter masyarakat yang bersifat agama. Sehingga, diharapkan persoalan kemerosotan moral itu bisa ditangani oleh kita dan generasi-generasi yang akan datang bisa menjadi cerdas dan berpola pikir yang beriman dan bertakwa termasuk berilmu pengetahuan dan teknologi. Artinya, antara ilmu agama dan dunia ada keseimbangan. Bagaimana cara Anda mengejar gagasan itu? Kita berikan pendidikan karakter dengan menanamkan hal mendasar yaitu ahlak. Yakni, melalui anak-anak dari mulai masuk sekolah diajarkan mengaji bersama guru kelasnya masing-masing. Setelah itu, mereka diarahkan ke Masjid unuk sholat dhuha bersama. Kemudian, mereka diberikan pemahaman tentang ilmu Al- Quran dengan metode-metode yang gampang dicerna oleh anak-anak, termasuk di dalamnya tahfiz dan penghapalannya. Karena, target kita itu anak paling tidak harus bisa menghafal juz 30. Apakah ada yang lain? Termasuk kita juga mewajibkan setiap guru harus mampu membaca dan menulis Al-Quran. Bahkan, mereka harus bisa menterjemahkan dan memberikan pemahaman Al- Quran itu sendiri terhadap anak-anak murdinya. Karena, para guru merupakan tauladan dan contoh bagi peserta didik. Kalau mereka tidak paham dalam konteks agama, khawatir menjadi suatu pembodohan. Lantas, harapan Anda saat ini seperti apa? Tentunya kita ingin berprestasi di semua bidang, khususnya dalam segi sains dan teknologi. Dan alhamdulilahnya kita dalam beberapa event kegiatan di tingkat kecamatan maupun Kabupaten Bogor sudah bisa berprestasi dan bersaing dengan Madrasah lainnya.(ads/d/rez)