Dede Siti Amanah, perempuan yang aktif di dunia organiasi sejak duduk di bangku sekolah. Keaktifannya membawa ibu empat anak ini menjadi Ketua PC Fatayat NU Kota Bogor saat ini. Dalam masa kepemimpinannya, Dede sangat senang mengeksplor kemampuan para kaum ibu. Lantas konsep seperti apa yang dimilikinya? Berikut wawancara Harian Metropolitan bersama perempuan kelahiran Bogor, 3 April 1986: Sejak kapan Anda aktif di dunia organisasi? Sejak duduk di bangku sekolah. Saya aktif di OSIS lalu saat kuliah menjadi aktivis di PMII Kota Bogor. Alhamdulilah setelah selesai di organisasi kemahasiswaan tidak selang lama saya lanjut di Fatayat NU Kota Bogor. Gabung dari 2009 dan dipercaya menjadi Ketua pada periode 2014-2019. Apa yang melatarbelakangi Anda mau aktif di dunia organisasi? Berorganisasi bukan hanya berbicara kepercayaan kepada anggota dan pengurus saja. Tetapi sebagai hobi dan kebutuhan bagi saya, bagaimana untuk lebih bisa mengeksplor diri. Setelah bergabung dengan organisasi, apa yang ingin Anda lakukan? Kalau sekarang sebagai Ketua Fatayat NU saya lebih konsen terhadap segala macam bentuk kegiatan sosial, keagamaan dan kemasyarakatan. Intinya menyentuh ketiga elemen itu. Apakah sudah berjalan? Tentunya sudah. Untuk keagamaan kita lakukan dengan membangun silaturahmi dan komunikasi bersama majelis-majelis taklim yang ada di Kota Bogor. Selain itu, saya juga mensosialisasikan organisasi Fatayat NU. Apakah ada yang lain? Untuk kegiatan sosial dan kemasyarakatan kita sangat banyak dan hampir setiap tahun selalu mengadakan kegiatan seminar. Kita membedah bersama apapun itu yang berkaitan dengan perempuan dan anak. Contohnya kita pernah mengangkat isu kota layak anak di tahun 2017. Lalu, kontroversi yang sempat marak terkait aborsi, kita bedah bagaimana hukum agama dan negara mengatur itu. Ya, ada beberapa macam kegiatan rutin seminar yang bentuknya momentum kita lakukan. Lalu, target Anda sebagai Ketua Fatayat NU seperti apa? Tentunya warga harus lebih cerdas dan berwawasan. Termasuk keaktifan saya di organisasi ini ingin memberikan contoh kepada para kaum perempuan bahwa meski sudah berumah tangga mereka masih bisa mengeksplor dan mengasah kemampuannya. Seperti saya sebagai ibu rumah tangga yang memiliki empat anak, tanpa menggunakan pembantu rumah tangga masih bisa menyeimbangkan semuanya. Mudah-mudahan ini bisa jadi contoh bagi semuanya. Bagaimana cara mengejar target itu? Kita lakukan dengan mengadakan berbagai macam bentuk kegiatan, dengan membahas segala macam isu yang berkembang. Mudah-mudahan dengan begitu perempuan yang selama ini hanya berada di dalam pusaran urusan domestik rumah tangga, tetap mengetahui perkembangan yang terjadi di negara saat ini. Bentuk kegiatan lain yang pernah kita lakukan dengan mengadakan lomba qasidah se-Kota Bogor. Alhamdulilah antusiasnya sangat banyak dan dari situ juga kita lihat banyak ibu-ibu yang mempunyai potensi dalam dirinya. Terakhir, fokus Anda saat ini seperti apa? Saya bersama sahabat-sahabat perempuan di NU sedang fokus mensosialisasikan dan menggemakan lagi nama dari perempuan NU. Kita lakukan melalui silaturahmi yang lebih luas dengan cara membentuk suatu perkumpulan yang bernama Keluarga Besar Perempuan NU. Setiap bulannya kita rutin melakukan pertemuan di dalam wadah ini. Tujuannya, supaya merekatkan seluruh golongan yang bernaung di bawah NU. Mulai dari kalangan pelajar, mahas i swa, kaum perempuan hingga yang berusia lebih dari 45 tahun.(rez)