METROPOLITAN - Ghireza Yoga Riflisya, seorang calon anggota legislatif di Kota Bogor 2019. Ia maju melalui Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dari Dapil Bogor Utara. Alasannya maju karena ingin memperjuangkan hak buruh dan masyarakat, khususnya yang ada di Kota Bogor. Lantas, gagasan seperti apa yang dimiliki Ketua PUK SPAMK Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI) PT Aski Bogor ini? Berikut petikan wawancara Harian Metropolitan bersama pria berusia 30 tahun: Sejak kapan Anda menjadi Ketua PUK SPAM K-FSPMI PT Aski Bogor? Saya dipercaya menjadi ketua sejak tahun 2012 sampai saat ini. Saya juga merupakan salah satu buruh di PT Astra Komponen Indonesia (Aski) Bogor. Apa alasan Anda mau ikut maju di Pileg 2019? Pertama karena diintruksikan oleh SPAM K-FSPMI Pusat. Tujuannya, agar perwakilan buruh mempunyai keterwakilan di setiap daerah, dalam hal ini di parlemen untuk memperjuangkan nasib para buruh. Tetapi, jauh lebih penting dari itu, bagi saya ini langkah baru yang dilakukan seorang buruh turun ke dunia politik. Karena, aspirasi yang disampaikan para buruh ini penting untuk diakomodir dan direalisasikan. Sebagai caleg, apa yang ingin Anda perjuangkan? Tentunya yang paling utama adalah saya ingin memastikan pemberian Upah Minimum Sektoral Kota/Kabupaten (UMSK), Upah Minimum Kota/ Kabupaten (UMK) dan kesejahteraan buruh itu berjalan dengan semestinya di Kota Bogor. Bagaimana dengan masyarakat? Karena saya banyak terjun di dunia sosial, tentunya saya ingin mempermudah masyarakat dalam kaitan kesehatan. Kemudian, bagaimana mencarikan peluang lapangan pekerjaan bagi masyarakat Kota Bogor. Selama menjadi buruh, hal seperti apa yang Anda sudah lakukan? Pada tahun 2012 kami bersama teman-teman FSPMI berhasil meningkatkan pemberian UMK di Kabupaten Bogor. Pemberian UMK saat itu hanya sebesar Rp1,2 juta. Kemudian, kami bersama teman-teman turun ke jalan melakukan aksi unjukrasa hingga sempat melakukan blokir jalan di alternatif jalan Tol Sentul. Dari situ, aspirasi kami di respon pemerintah hingga akhirnya UMK naik menjadi Rp1,8 sampai Rp2,1 juta pada tahun 2013. Adakah yang lainnya? Tentunya hal seperti ini akan kita terus lakukan setiap tahun. Tujuan utamanya agar UMK di Kota Bogor disesuaikan dengan Kebutuhan Hidup Layak (KHL). Sebagai perusahaan mampu pun diharapkan bisa menerapkan UMSK. Karena, seperti kalimat yang saya kutip dari Ketua PC KC FSPMI Kota/Kabupaten, Willa Faradian. Pabrik ban mobil di Kota Bogor gaji UMK-nya jauh sama pabrik ban motor di Cileungsi yang sudah UMSK. Ini adalah masalah keadilan. Wong harga bandrek di Air Mancur dan Cibinong harganya sama, mosok upah buruh beda. Dalam waktu dekat kami juga akan melakukan aksi untuk memperjuangkan UMSK di Kota Bogor. Adakah pengalaman menarik selama Anda turun kampanye ke masyarakat? Kebanyakan dukanya ya. Karena, masyarakat khususnya yang ada di wilayah Bogor Utara itu masih bermasalah dengan kesehatan. Seperti pembuatan kartu BPJS, penerimaan bantuan hingga kebutuhan transportasi medis. Saya kebetulan sering ikut turun membantu masyarakat untuk berobat ke Rumah Sakit ketika rekan-rekan kami berhalangan. Tentunya, hal ini harus diperjuangkan agar tidak ada lagi persoalan klasik seperti ini.(rez)