METROPOLITAN - Ahmad Fauzi, seorang aktivis dari Bogor. Ia menggeluti dunia keorganisasian sejak duduk di bangku SMP. Targetnya bisa menghilangkan kesenjangan yang terjadi di masyarakat, khususnya bagi warga Bogor. Lantas, seperti apa perjalanan kariernya? Berikut petikan wawancara Harian Metropolitan bersama pria kelahiran 1994 itu: Sejak kapan Anda aktif di dunia keorganisasian? Aktif sejak masuk pesantren di Nurul Furqon Cibinong . Saya ikut dalam himpunan Santri Putra Nurul Furqon. Puncaknya, saya ikut organisasi ketika masuk kuliah dan mengenal organisasi ekstra kampus hingga kini hidup saya tak terlepas dari organisasi. Organisasi apa saja yang Anda geluti? Ada banyak organisasi yang saya ikuti dari mulai organisasi sosial mahasiswa hingga kepemudaan. Seperti dulu zaman sekolah ikut OSIS lalu kuliah aktif di PMII dan Bem Universitas. Saat ini saya aktif di Karang Taruna dan Gerakan Pemuda Ansor Nu. Apa yang mendorong Anda mau aktif di dunia organisasi? Ada beberapa poin kenapa saya harus berorganisasi. Yakni, dengan berorganisasi kita bisa mengasah soft skil, memperluas jaringan serta sebagai wadah mengembangkan minat dan bakat. Maka, inilah alasan kenapa saya ingin berorganisasi. Bagi saya organisasi bukan jaminan untuk kita sukses, namun mengikuti organisasi merupakan salah satu metode menuju sukses. Dengan organisasi pula kita dapat menjadi manusia seutuhnya dalam arti manusia yang bermanfaat bagi manusia lainnya. Selama keaktifan Anda, apa yang ingin dilakukan? Banyak hal yang akan dan telah saya perbuat, seperti ketika aktif di Karang Taruna saya dan tim membuat inisiator Bank Sampah se-Kecamatan Bojonggede, juga kerap kali melakukan kegiatan yang bermanfaat lainnya. Sedangkan, untuk target kedepannya saya dan teman-teman Ansor berencana membuat Balai Latihan Kerja (BLK) di beberapa Ponpes yang berada di kecamatan Bojonggede. Adakah terobosan yang ingin Anda wujudkan di wilayah atau masyarakat? Saya ingin ke depan melalui organisasi masyarakat itu mampu menikmati pemerataan sosial baik itu ekonomi kesehatan maupun pendidikan. Juga membangun kelompok sosial maupun koperasi . Jadi tidak adalagi kesenjangan antar masyarakat satu dengan yang lainnya. Terakhir, adakah pengalaman menarik selama aktif di dunia organisasi? Banyak pengalaman seperti suka maupun duka yang telah saya alami selama berorganisasi. Seperti saat mengadvokasi warga Kendeng Pati saya dan sahabat aktivis lainnya harus bergadang dengan hanya makan singkong selama tiga hari dua malam. Lalu dengan organisasi saya dapat bertemu dan berbincang eksklusif dengan para pejabat pemerintah, baik daerah maupun pusat.(ogi/c/ rez/py)