METROPOLITAN - Muhamad Arifin, seorang ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Djuanda (Unida) Bogor. Ia terpilih sebagai ketua BEM sejak 2018. Dalam kepemimpinannya, lelaki yang akrab disapa Arifin ini memiliki beberapa target yang ingin diwujudkan. Seperti apa target yang dimaksud? Berikut wawancara Harian Metropolitan bersama pria kelahiran 1996 itu:
Sejak kapan Anda menjadi ketua BEM Unida?
Sebelumnya pada 2017 saya menjabat sebagai wakil ketua BEM dan 2018 terpilih menjadi ketua BEM.
Apa yang melatarbelakangi Anda mau mencalonkan diri sebagai ketua?
Pertama, dorongan dari kalangan mahasiswa yang punya harapan besar agar peran mahasiswa lebih dioptimalkan, baik dalam pendidikan, penelitian terutama pengabdiannya kepada masyarakat.
Program apa saja yang sudah Anda lakukan bersama rekanrekan?
Banyak program internal kampus yang sudah kami lakukan. Seperti optimalisasi peran mahasiswa dalam meningkatkan kreativitasnya dalam bidang seni, olahraga dan lain sebagainya melalui rangkian pertandingan baik di kancah kampus maupun luar kampus.
Adakah prestasi yang ditorehkan selama menjadi ketua?
Alhamdulillah, ada beberapa prestasi yang sudah kami raih, di antaranya pemenang Kompetisi Bisnis Mahasiswa Indonesia (KBMI), advokasi PKL sejalur Puncak ke Pemda Kabupaten Bogor, advokasi PKL Pasar Cisarua ke Disperindag Kabupaten Bogor, advokasi sengketa tanah di Desa Mampir, Kecamatan Cielungsi dengan pemilik Taman Buah ke kepala desa Mampir. Lalu, advokasi masyarakat Kecamatan Nanggung ketika pipa limbah Antam bocor ke pihak Antam, advokasi korban pelecehan seksual di Kecamatan Cisarua ke Polres Bogor, advokasi pelecehan seksual terhadap anak di Pakansari ke Komisi Yudisial dan ke PN Cibibong, advokasi home industri Rabak ke Polsek Rumpin serta advokasi sengketa tanah jaminan, masyarakat Cisarua dengan Bank BPR Cisarua.
Sebagai ketua, apa harapan Anda ke depan?
Harapan saya semoga ke depan akan lebih banyak lagi pemuda yang peduli dengan lingkungannya. Sesuai slogan saya, pemuda siap turun tangan bukan pemuda yang hanya urun angan. (mul/c/rez/py)
