Senin, 22 Desember 2025

Komnas HAM Ingatkan Komunikasi ke Wali Kota

- Rabu, 2 Oktober 2019 | 11:52 WIB

METROPOLITAN – Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) melakukan audiensi dengan Wali Kota Bogor, Bima Arya, di Paseban Punta, Balai Kota Bogor, ke­marin. Dalam pertemuan itu, dibahas juga beberapa per­soalan yang berkaitan dengan HAM di Kota Hujan, mulai dari isu Gereja Kristen Indo­nesia (GKI) Yasmin dan pembangunan Masjid Imam Ahmad bin Hanbal. Komisioner Komnas HAM, Mochammad Choirul Anam, mengatakan, ada dua komit­men yang diupayakan di­bangun Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor terkait per­soalan HAM. Di antaranya komitmen membangun ma­syarakat bertoleransi serta komitmen Pemkot Bogor dalam menyelesaikan berba­gai kasus yang berkaitan dengan HAM. “Tidak banyak pemerintah daerah yang berkomitmen seperti ini. Itu niat positif lah. Karena Kota Bogor ada bebe­rapa masalah kaitan HAM yang isunya menjadi sorotan, bukan cuma konsumsi masyarakat lokal, nasional, tapi juga man­canegara,” katanya. Ia menuturkan, Komnas HAM mendorong komitmen dari pemkot dalam menyelesaikan persoalan tersebut dengan baik. Pihaknya pun memberikan masukan dalam upaya meny­elesaikan masalah tersebut. Salah satunya intens berdialog membangun komunikasi. “Bangun toleransi jadi tugas Pemkot Bogor. Sebab, ada ka­tegori kalau mau jadi Kota Ra­mah HAM. Nah, penyelesaian dua masalah tadi bisa jadi in­dikator,” ujarnya. Selain tentang dua kasus itu, Choirul melanjutkan, pemkot juga akan coba membuat sis­tematis sikap toleran di Kota Bogor, termasuk PNS. Jika itu berhasil bisa menjadi contoh bagi daerah lain dalam men­ciptakan iklim toleran. Sementara itu, Wali Kota Bo­gor, Bima Arya, mengatakan, upaya mengubah stigma Kota Bogor menjadi kota toleran sangat tidak mudah. Langkah pertama political pemimpin, kedua di aturan butuh koordi­nasi apakah diksi yang dican­tumkan dalam aturan sudah cukup kuat untuk dibumikan semua. Ketiga dari kegiatan-kegiatan. Keempat, komitmen anggaran secara jelas dengan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) yang jadi leading sector-nya. ”Toleran itu harus dijadikan keyakinan, karena latar belakang orang berbeda-beda. Ini bukan soal pencitraan atau hanya dicantumkan ke RPJMD. Kalau masalah HAM selesai bisa men­ghilangkan stigma Kota Bogor sebagai kota intoleran. Bahkan bisa menginspirasi kota lain,” pungkasnya.(*/rez/py)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

Kunker ke Kota Kisarazu, Bima Arya Perkuat Kerja Sama

Senin, 28 November 2022 | 16:01 WIB

Bantu Korban Gempa Cianjur, Antam Turunkan ERG

Kamis, 24 November 2022 | 11:08 WIB
X