METROPOLITAN - Wakil Wali Kota Bogor Dedie Rachim menghadiri peluncuran Mobile Quarantine Services, kemarin.
Acara yang digelar Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) berlangsung di Aston Hotel and Resort, Komplek Bogor Nirwana Residence (BNR).
Aplikasi Mobile Quarantine Services yang dinamai Jendela Informasi Karantina Ikan dan Mutu Penuh Inspirasi serta Pesan (Jesika Imut Pisan) ini ditujukan bagi masyarakat, khususnya pengusaha ikan yang ingin mendapatkan informasi mengenai bisnis perikanan.
Sementara Jendela Informasi Karantina (Jesika) Mobile merupakan layanan untuk proses sertifikasi karantina ikan.
Peresmian tersebut turut dihadiri Menteri Kelautan dan Perikanan RI, Edhy Prabowo, Kepala BKIPM Kementerian Kelautan dan Perikanan Rina dan pejabat Unit Pelaksana Teknis (UPT) BKIPM se-Indonesia, serta ratusan penjual ikan cupang aduan serta pengusaha ikan hias lainnya.
Dedie mengatakan, Bogor merupakan salah satu kota yang memiliki sentra produksi budidaya ikan hias yang cukup besar. Saat ini, kata dia, tercatat, ada kurang lebih 8-16 perusahaan aktif di industri perikanan yang memang perlu diberikan perhatian pemerintah.
"Bogor termasuk salah satu kota yang memiliki sentra produsen ikan hias yang cukup besar. Yang perlu diperhatikan, seperti pengusaha bogor mau kirim ikan ke luar daerah atau luar negeri misalnya, tentu harus melalui berbagai tahapan dan prosedur yang cukup banyak,” katanya.
Ia berharap dengan diluncurkannya Mobile Quarantine Services ini bisa mempersingkat birokrasi.
Selain itu, menurunkan tingkat biaya yang harus dikeluarkan para pengusaha ikan hias. Menteri Kelautan dan Perikanan RI Edhy Prabowo juga menyambut baik diluncurkannya inovasi layanan berbasis android mengenai informasi bisnis perikanan dan proses sertifikasi karantina ikan bagi masyarakat, khususnya para pelaku usaha dibidang perikanan.
Edhy menyebut, Bogor merupakan daerah permulaan diterapkannya layanan Jesika Mobile.
"Kita di sini jemput bola, bagaimana KKP melalui BKIPM bisa memberi pelayan secepatnya kepada masyarakat, khususnya pembudidaya ikan hias. Ide ini dimulai dari Bandung dan terus akan kita kembangkan. Di Bogor merupakan daerah permulaan. Jika berhasil, nanti akan kita kembangkan ke seluruh daerah di Indonesia," ujar Edhy.
Sementara itu, Kepala BKIPM Kementerian Kelautan dan Perikanan, Rina menambahkan, penamaan ‘Jesika Imut Pisan’ terdengar sangat akrab dengan keseharian masyarakat Jawa Barat, khususnya Sunda.
Hal itu dikarenakan inovasi ini pertama kali diterapkan di Jawa Barat yang telah menyumbangkan 5,66 persen ekspor ikan nasional atau senilai USD 255,31 juta.
"Dengan nama tersebut diharapkan pengguna inovasi lebih tertarik dan ingin tahu isi di dalam inovasi yang dibangun. Sejatinya, tuntutan masyarakat perikanan di era digital saat ini merupakan sebuah keharusan untuk mendapatkan layanan yang efektif dan efisien,” ungkapnya. (*/els)