METROPOLITAN - Ketua Himpunan Petani dan Peternak Milenial Indonesia (HPPMI), Aldi Supriyadi, meminta Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor menjadikan sektor pertanian dan peternakan sebagai prioritas pemulihan ekonomi. Menurutnya, untuk mendongkrak sektor tersebut diperlukan intervensi pemerintah. ”Harapan kami agar anggaran pemulihan ekonomi digunakan untuk membangun infrastruktur pertanian, asuransi produk pertanian, dan juga penanganan pascapanen komoditas pertanian,” ungkapnya di acara diskusi bertajuk ’Uji Aji Pancakarsa Pulihkan Ekonomi di Tengah Pandemi’ yang digelar Kelompok Wartawan (Pokwan) Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Bogor, kemarin. Aldi mengapresiasi pemerintah dan DPRD yang mengalokasikan anggaran sebesar Rp520 miliar untuk sektor pemulihan ekonomi di 2022. Dari jumlah tersebut, Rp392 miliar digunakan untuk program Satu Miliar Satu Desa (Samisade) untuk meningkatkan kualitas infrastruktur desa. ”Potensi perdesaan adalah pertanian. Karena itu, anggaran Samisade mestinya untuk menggerakkan sektor ekonomi bidang pertanian,” katanya. Aldi menilai sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan masih tumbuh positif di tengah hantaman pandemi. Pada akhir 2020, kontribusi pertanian terhadap Produk Domestik Bruto Kabupaten Bogor sebesar Rp12,73 triliun atau 5,39 persen dari total PDRB 2020 sebesar Rp236,15 triliun. Kontribusi tersebut masih tumbuh positif dibanding 2019 sebesar Rp12,47 triliun atau 5,26 persen dari total PDRB. Namun, lanjutnya, pertumbuhan positif sektor pertanian masih belum memberikan dampak positif terhadap pendapatan petani. Biaya produksi yang mahal, serta harga berbagai komoditas yang fluktuatif menjadikan petani sering mengalami kerugian. ”Karena itu, pemerintah dari pusat hingga daerah harus intervensi kebijakan dan anggaran yang memprioritaskan pemulihan ekonomi sektor pertanian,” ujarnya. Aldi juga menyoroti tentang regenerasi petani. Menurutnya, dari sektor pertanian hanya menyerap 3,91 persen dari jumlah angkatan kerja yang memiliki pekerjaan. ”Yang memilih sektor pertanian jumlahnya sangat sedikit, yakni hanya 3,91 persen atau sebanyak 91.672 orang. Artinya, bisnis pertanian kita belum menarik minat kaum milenial,” tuturnya. Data BPS menyebut jumlah angkatan kerja pada 2020 sebesar 2.342.939 angkatan kerja yang memiliki pekerjaan. Dari jumlah itu, sebanyak 1.073.315 orang atau 45,81 persen bekerja sebagai buruh/karyawan/pegawai. Sementara yang memilih wirausaha sebanyak 592.089 orang atau 25.27 persen dari total angkatan kerja yang terserap. Adapun yang memilih sektor pertanian jumlahnya sangat sedikit, yakni hanya 3,91 persen atau sebanyak 91.672 orang. Di tempat yang sama, Bupati Bogor, Ade Yasin, menyebut upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan petani salah satunya dengan gerakan beli beras petani lokal. Ia bahkan telah meminta seluruh Aparatur Sipil Negara (ASN) membeli beras Carita Makmur sebesar 5kg per bulan yang merupakan beras dari petani di Kecamatan Sukamakmur. ”Tahun 2020, ASN membeli 847,5 ton dengan harga yang membuat petani tersenyum,” imbuhnya. Untuk 2021, Ade Yasin menargetkan beli beras petani sebanyak 850 ton. Program di sektor pertanian lainnya adalah menerbitkan Kartu Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP). Program tersebut sudah berjalan. Dan pada 2020, realisasi 2.020 hektare sawah petani telah diasuransi. Pemerintah menargetkan sebanyak 5.000 hektare pada 2021. (eka/run)