Beijing tengah berusaha memperluas pengaruhnya di Timur Tengah, sebuah wilayah yang sebelumnya tidak memiliki pengaruh yang signifikan bagi China.
Upaya ini mencakup peran China dalam membantu memulihkan hubungan antara dua kekuatan regional yaitu Arab Saudi dan Iran yang telah lama bermusuhan.
Alessio Patalano, seorang profesor strategi di King's College London, mengamati tanda-tanda bahwa China sedang mencoba memengaruhi Iran untuk mencegah eskalasi konflik sebagai langkah menuju gencatan senjata.
Baca Juga: Kelompok Houthi Yaman Klaim Tembak Jatuh Drone Amerika Serikat Pendukung Israel
Meskipun China mungkin ingin bertindak sebagai mediator, masih belum jelas sejauh mana mereka bersedia melibatkan diri secara aktif, termasuk dengan memberikan dukungan keuangan, tekanan politik, dan jaminan keamanan.
Selain itu, peran China dalam konflik Gaza juga terkait dengan persaingan yang berkelanjutan dengan Amerika Serikat.
Amerika Serikat adalah pendukung utama Israel dan telah memberikan suara menentang gencatan senjata di PBB.
Dalam konteks ini, China mencoba untuk menegaskan dirinya sebagai kekuatan global yang lebih bertanggung jawab dan peduli terhadap perdamaian dunia.
Baca Juga: Selingkuhi Okie Agustina, Gunawan Dwi Cahyo Akui Salah dan Siap Tanggung Jawab
Namun, peran China dalam konflik Gaza juga menciptakan dilema bagi Beijing terkait dengan citra internasionalnya.
China berupaya untuk memposisikan dirinya sebagai pemimpin dunia selatan dan sebagai mediator yang adil dalam penyelesaian konflik.
Dengan mendukung Palestina, mereka mencoba menggambarkan diri mereka sebagai pelindung negara atau rakyat yang tertindas oleh koalisi mitra dan sekutu AS.
Baca Juga: Ini Alasan Radja Nainggolan Mau Jadi Duta Promosi Piala Dunia U17 di Indonesia
Selain itu, konflik Gaza memberikan China kesempatan untuk menegaskan diri dalam tanggapan terhadap tuduhan pelanggaran hak asasi manusia yang terus menerus dilontarkan.
Pelanggaran tersebut terkait perlakuan mereka terhadap etnis Uighur dan minoritas lain di Xinjiang.