METROPOLITAN.ID - Dalam beberapa pekan terakhir, meningkatnya ketegangan akibat konflik Israel Palestina turut terasa di Australia.
Insiden-insiden yang terjadi seperti seorang remaja Palestina yang dicap sebagai teroris di Canberra, dan pemasangan spanduk bertuliskan "kematian bagi Israel" di halaman rumah di Adelaide.
Hal tersebut menggambarkan situasi yang makin tegang di masyarakat Australia sekaligus respons atas konflik yang tengah terjadi antara Palestina dan Israel.
Baca Juga: China Memiliki Peran Dukungan Yang Tidak Jelas Atas Konflik Palestina dan Israel di Gaza
Protes-protes pro-Palestina yang meluas di seluruh Australia juga mendapat perhatian.
Demonstrasi-demonstrasi ini menjadi semakin besar seiring dengan eskalasi konflik antara Israel dan Hamas, yang berujung pada kematian ribuan orang, termasuk banyak anak-anak.
Namun, protes tersebut juga telah disertai oleh ancaman kematian, penyalahgunaan di jalanan, dan dugaan tindakan kekerasan, yang membuat komunitas Arab dan Yahudi di Australia merasa cemas dan tertekan.
Baca Juga: Ikuti Peringatan HCPSN 2023 Kota Bekasi, Ada Vaksin Gratis buat Hewan Peliharaan Kamu!
Laporan-laporan terbaru dari Islamophobia Register Australia dan Executive Council of Australian Jewry (ECAJ) mencatat peningkatan drastis dalam kasus-kasus kebencian dan ancaman.
Situasi semakin rumit dengan peringatan dari badan intelijen nasional Australia tentang "kekerasan spontan" yang mungkin terjadi di Australia.
Rangkaian peristiwa yang terjadi di Australia dikatakan sebagai dampak dari konflik di Timur Tengah, yaitu Israel dengan Palestina.
Organisasi Islamophobia Register Australia melaporkan lonjakan laporan sejak serangan Hamas pada Israel pada 7 Oktober lalu.
Mereka menekankan bahwa retorika yang memecah belah yang berasal dari pemimpin-pemimpin politik tidak hanya tidak bertanggung jawab, tetapi juga berbahaya, dan memengaruhi ketegangan dalam negeri.