Baca Juga: Nuno Mendes Dua Kali Kantongi Lamine Yamal, Final UEFA Nations League dan Liga Champions
Upaya pencegatan Global Sumud Flotilla segera memicu demonstrasi dukungan di berbagai negara Eropa, termasuk Italia, Spanyol, Belgia, Prancis, Yunani, dan Turki. Namun, di tingkat pemerintahan, respon yang muncul justru cenderung hati-hati.
Italia dan Spanyol sempat mengirimkan kapal angkatan laut untuk mendampingi flotilla di sebagian perjalanannya, sementara Turki menggunakan drone untuk memantau dan mendokumentasikan kemungkinan serangan.
Namun, menjelang garis batas Gaza, para pejabat Spanyol dan Perdana Menteri Italia, Giorgia Meloni, justru mendesak flotilla untuk berbalik arah.
Mereka khawatir insiden di laut dapat merusak upaya diplomatik yang sedang berjalan untuk mencapai kesepakatan damai dan gencatan senjata.
Baca Juga: Cuaca Panas Bukan Masalah! Ini 4 Rekomendasi Sunscreen dengan Efek Cooling
Bayang-Bayang Tragedi Mavi Marmara 2010
Pada Mei 2010, upaya flotilla yang dijalankan oleh kelompok terpisah berubah menjadi tragedi berdarah ketika komando Angkatan Laut Israel menyerbu kapal utama, Mavi Marmara.
Dalam insiden itu, setidaknya sembilan penumpang tewas dan 30 lainnya terluka. Insiden ini memicu kecaman internasional dan melukai hubungan diplomatik Israel dengan Turki.
Pengalaman masa lalu ini meningkatkan kewaspadaan semua pihak dalam insiden Global Sumud Flotilla, sebab insiden di perairan internasional yang melibatkan tokoh-tokoh seperti Greta Thunberg berpotensi memicu gejolak politik dan diplomatik yang lebih luas.
Baca Juga: Pertamina Umumkan Kenaikan Harga BBM Dexlite dan Pertamina Dex 1 Oktober 2025, Ini Rinciannya
Hingga berita ini diturunkan, nasib bantuan dan para aktivis yang ditahan berada di tangan otoritas Israel, yang harus menyeimbangkan keamanan nasional dengan tuntutan kemanusiaan global.***