Z menambahkan, Fadel sering menunjukkan ketertarikan pada konten bertema kekerasan dan peperangan.
“Sering buat gambar-gambar, foto-foto yang kayak tentang berdarah, teroris, bendera Amerika. Gambar-gambar yang berdarah gitu. Sering nonton tembak-tembakan gitu,” ungkapnya.
Tak lama setelah kejadian, nama Fadel Nazriel mendadak viral di berbagai platform media sosial, terutama TikTok.
Sejumlah akun menyebarkan potongan gambar dan video yang disebut-sebut sebagai momen sebelum ledakan terjadi. Beberapa unggahan menyebut Fadel sebagai siswa aktif, bahkan pernah ikut pelatihan OSIS.
Namun, beredar pula narasi yang menyebut Fadel sempat mengalami perundungan (bullying) dari teman-temannya, yang diduga menjadi pemicu kemarahan hingga akhirnya melakukan aksi nekat itu.
“Rekaman pelaku SMAN 72 sebelum melakukan aksinya. Dia siswa yang sangat aktif bahkan ikut pelatihan OSIS. Tapi dia sering mengalami bullying hingga dia kesal dan ledakkan bom di masjid di saat orang-orang mau sholat,” tulis akun TikTok @CCTV SMAN 72 Kelapa Gading.
Meski demikian, pihak kepolisian belum memastikan kebenaran narasi yang beredar di media sosial tersebut. Saat ini, tim siber Polri tengah menelusuri jejak digital Fadel untuk memastikan motif dan sumber inspirasi di balik aksinya.
Polisi menemukan sejumlah barang bukti dari lokasi kejadian, termasuk serbuk bahan peledak, serpihan pipa, serta catatan bertuliskan “Welcome to Hell” (Selamat Datang di Neraka).
Di beberapa dokumen milik Fadel, juga ditemukan nama “Tent”, teroris asal Selandia Baru yang melakukan aksi penembakan brutal di Christchurch pada 2019.
Dugaan sementara, Fadel terpapar konten ekstremisme secara daring. Namun, penyelidikan masih berlangsung untuk memastikan apakah ada pihak lain yang mempengaruhinya.
Kapolri Listyo Sigit Prabowo mengungkapkan bahwa kondisi Fadel kini semakin membaik, meskipun masih dirawat intensif di ruang ICU rumah sakit.
“Yang jelas untuk terduga pelaku kondisinya semakin membaik dan mudah-mudahan itu juga akan mempermudah kita nanti pada waktunya apabila kita butuhkan,” ujar Kapolri setelah menjenguk para korban.
Sementara itu, puluhan korban luka, sebagian besar siswa kini menjalani perawatan di sejumlah rumah sakit di wilayah Jakarta Utara. Beberapa di antaranya mengalami luka bakar dan trauma akibat ledakan.
