METROPOLITAN.ID - Nama Sherly Tjoanda kembali menjadi sorotan setelah isu dugaan keterlibatannya dalam jaringan bisnis tambang di Maluku Utara kembali naik ke permukaan.
Polemik ini bukan hal baru, namun mendapat perhatian besar publik karena menyangkut integritas pejabat publik, terutama ketika sektor pertambangan merupakan salah satu sektor strategis dengan potensi konflik kepentingan yang tinggi.
Sorotan ini mencuat usai laporan terbaru Jaringan Advokasi Tambang (JATAM) yang mengurai secara rinci jejak perusahaan-perusahaan tambang yang diduga memiliki irisan kuat dengan kepentingan keluarga Sherly Tjoanda.
Temuan itu memancing diskusi mengenai apakah kepemilikan saham yang dimaksud benar-benar murni warisan atau bagian dari jaringan bisnis yang telah lama beroperasi.
Baca Juga: Kepala Patung Bung Karno di Alun-Alun Indramayu Miring Karena Apa? Bupati Lucky Hakim Buka Suara
Di tengah ribut-ribut itu, Sherly Tjoanda memilih angkat suara dan menjelaskan duduk perkara secara langsung.
Isu ini kembali menguat setelah JATAM merilis laporan berjudul “Konflik Kepentingan di Balik Gurita Bisnis Gubernur Maluku Utara.”
Dalam laporan tersebut, JATAM menyoroti adanya pola kepemilikan dan perpindahan saham dari sejumlah perusahaan tambang yang dinilai berhubungan dengan Sherly.
Laporan itu menyebutkan bahwa hubungan tersebut bisa ditelusuri dari perubahan akta perusahaan, perpindahan saham, dan koneksi perusahaan dengan Bela Group, kelompok usaha yang sebelumnya dikelola oleh almarhum suami Sherly, Benny Laos.
Namun temuan JATAM ini langsung dibantah Sherly dengan memberikan klarifikasi terbuka.
Versi Sherly Tjoanda: Semua Saham Adalah Warisan Suami
Dalam wawancaranya bersama Denny Sumargo pada 19 November 2025, Sherly membenarkan bahwa ia memiliki sejumlah saham tambang.
Namun, ia menegaskan bahwa kepemilikan itu bukan hasil ekspansi bisnis setelah menjabat, melainkan murni peninggalan dari mendiang suaminya.
Baca Juga: Akun IG Dwinanda Linchia Levi Apa? Dosen Muda UNTAG yang Ditemukan Tewas di Kamar Hotel Semarang
