METROPOLITAN.ID - Sejumlah tanggapan publik terus bermunculan menyusul bencana banjir bandang dan longsor yang menghantam wilayah Sumatera dalam beberapa pekan terakhir.
Selain sorotan terhadap penanganan pemerintah, perdebatan mengenai penyebab utama kerusakan lingkungan kini mengemuka, terutama setelah pernyataan tegas dari Yudo Sadewa, putra Menteri Keuangan RI Purbaya Yudhi Sadewa.
Lewat sebuah video yang ia unggah di TikTok, Yudo menyampaikan kritik blak-blakan terkait situasi ekologis di Sumatera.
Pernyataannya sontak menjadi bahan diskusi nasional karena menyinggung persoalan kerusakan hutan yang dinilai sudah berada pada tahap kritis.
Baca Juga: Tidak Selalu Ditandai Bibir Biru, Ini Penjelasan Dokter RSUD Kota Bogor Soal Penyakit Jantung Bawaan
Dalam video yang kini beredar luas, Yudo mengatakan bahwa badai tropis memang menjadi pemicu banjir. Namun, dampak kehancuran yang terjadi dianggap bukan semata karena faktor cuaca.
“Bencana yang terjadi di Sumatera itu bukan bencana alam. Itu cuma badai tropis yang nerjang Sumatera. Tapi karena enggak ada hutan, enggak ada penahan, akhirnya terjadi tanah longsor dan banjir bandang,” ujar Yudo dalam videonya.
Yudo menjelaskan, penyeragaman fungsi lahan dan eksploitasi masif membuat tanah tidak lagi mampu menahan air saat curah hujan ekstrem menerjang.
“Hutan ditebangin, diganti tambang, diganti perumahan, diganti pertanian, diganti sawit. Makanya kita enggak punya penahan yang cukup,” tegasnya.
Ia juga menyoroti anomali iklim sebagai faktor yang memperparah kondisi, terutama fenomena siklon tropis yang mulai terbentuk dekat garis khatulistiwa.
“Tidak mungkin siklon tropis terbentuk dekat khatulistiwa, tapi ini terbentuk di Sumatera. Itu karena pemanasan global,” ujarnya.
Selain Yudo, kreator konten Ferry Irwandi juga menyampaikan tanggapan keras mengenai bencana yang melanda Sumatera. Ia menyoroti banjir bandang dan longsor yang terjadi di tiga provinsi: Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Aceh.
Menurut Ferry, desakan masyarakat agar pemerintah menaikkan status bencana menjadi bencana nasional semakin menguat. Ia menilai masyarakat Sumatera merasakan ketidakadilan dalam pembangunan nasional.